Nilai sempurna diraih Bobbi Winema Yogatama, wisudawan dari jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus dengan IPK 4.00. Apa rahasianya?
Bobbi lulus dengan predikat cum laude pada Juli 2018 ini. Bobbi juga aktif di kegiatan kampus di luar akademik. Dia adalah penyiar di 8EH Radio ITB, aktif di Himpunan Mahasiswa Elektroteknik (HME) ITB, dan kerap jadi pembawa acara di kampus.
Dilansir dari situs resmi ITB, Senin (23/7/2018), Bobbi ‘membocorkan’ rahasianya sehingga bisa mendapat nilai sempurna selama kuliah. Dia berusaha menyukai setiap mata kuliah yang diambilnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita menyukai atau tidak menyukai suatu matkul itu biasanya karena kita bisa atau tidak bisa pada matkul tersebut. Tapi jika kita bisa belajar untuk menyukai semua matkul, kita akan bisa menyelesaikan semua matkul dengan baik,” ucap Bobbi.
Bobbi, mahasiswa ITB yang lulus dengan IPK 4,00 (Situs ITB)
Tak selalu mulus, Bobbi mengaku juga pernah tidak suka suatu mata kuliah yang sulit. Namun akhirnya dia bisa ‘menaklukkan’ mata kuliah itu.
“Jujur saja, dulu saya tidak terlalu menyukai mata kuliah Sinyal dan Sistem karena menurut saya konsepnya sangat sukar dimengerti. Namun setelah saya berusaha, akhirnya saya memahami konsepnya, mendapat nilai yang baik pada matkul tersebut, dan semester depannya justru saya menjadi asisten dosen pada matkul tersebut,” lanjutnya.
Selain mendapatkan nilai sempurna semasa kuliah, Bobbi juga pernah tergabung di delegasi Indonesia dalam Summer Student Program yang diadakan oleh CERN, yaitu sebuah lembaga penelitian nuklir yang berpusat di Jenewa, Swiss. (imk/asp)–Indah Mutiara Kami
Sumber: detikNews, Senin 23 Juli 2018
—————-
Inspiratif, Mahasiswi ITB Ini Lulus dengan IPK Hampir Sempurna
Seorang wisudawati ITB jadi perbincangan karena lulus dengan nilai tinggi. Adalah Chrytinggisilla Irianti Wisesa yang merupakan mahasiswi berprestasi lulusan Program Studi Sarjana Sains dan Teknologi Farmasi di Sekolah Farmasi. Tak hanya mendapat predikat cum laude, ia juga punya nilai IPK yang nyaris sempurna yakni 3,97.
Wanita yang lulus pada Sabtu (21/7/2018) lalu itu pun diketahui memang seorang mahasiswa berprestasi. Sebelumnya, ia menerima penghargaan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) SF Program Tahap Persiapan Bersama (TPB). DIlansir situs resmi ITB, wisudawati yang akrab disapa Sisi itu juga berhasil mempertahankan gelarnya hingga 2017 lalu.
Mengambil jurusan farmasi, Sisi memang menyukai pelajaran sains sejak SMA. Hal tersebut membuatnya ingin mendalami dunia farmasi di bangku perkuliahan. Ia mengaku menggemari mata kuliah Farmasetika Dasar yang kemudian diambilnya sebagai kelompok keahliannya. Sisi pun sempat menjadi asisten dosen untuk kelompok keahlian itu.
Anda yang juga tengah mengejar studi mungkin penasaran dengan cara belajar Sisi yang membuatnya jadi mapres dan lulus dengan IPK tinggi. Saat ditanya mengenai metode belajar, ia pun mengaku jika tak ada yang terlalu berbeda dari mahasiswa kebanyakan. Namun Sisi memang cenderung lebih giat karena selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
Kerja keras Sisi dalam menekuni kuliahnya pun membuahkan hasil manis. Ia berhasil menjadi mahasiswa berprestasi dengannilaiIPK 3,97. Selain karena giat belajar, Sisi mengaku jika lingkungan yang baik juga punya peran.
Tak hanya itu, waktu liburan kuliah selalu dimanfaatkan untuk mencari pengalaman kerja. Sisi diketahui pernah magang di dua perusahaan besar yang bergerak di bidang obat-obatan. Kemudian ia juga cukup aktif dalam beberapa kegiatan non-akademis kampus.
Begitu dengan orangtua yang selalu mendukungnya untuk menjadi sosok lebih baik. Terutama ibu, idola Sisi yang menurutnya selalu mendorong dan memberi yang terbaik. Selanjutnya, Sisi berencana untuk Program Pendidikan Profesi Apoteker ITB selama dua semester demi bisa benar-benar terjun di industri obat-obatan. (ami/ami)–Rahmi Anjani –
Sumber: wolipop, Senin, 23/07/2018
—————
Anak Tukang Becak Lulus Cum Laude di ITB: Saya Ingin Jadi Dosen
Foto: Anak tukang becak cum laude dari ITB (iqbal/detikcom)
Anak tukang becak, Herayati (23) yang lulus cum laude di ITB ingin jadi dosen di salah satu universitas di Banten. Keingininnya itu agar bisa dekat dengan orang tua.
Hera, begitu ia disapa, ingin melanjutkan studi magister di ITB dengan jurusan yang sama yakni jurusan Kimia Fakultas MIPA. Hera mengaku saat ini ia sudah diterima untuk melanjutkan kuliahnya melalui siatem fast trek.
“Udah ada pengumaman juga udah diterima di sana, untuk beasiswanya sudah apply tapi belum ada pengumuman,” kata Hera kepada wartawan di kediamannya, Kotasari, Cilegon, Senin (23/7/2018).
Cita-citanya untuk jadi dosen di Banten agar kelak ia bisa dekat dengan kedua orang tuanya. Selama kuliah, ia mengakui selalu rindu dengan kedua orang tuanya.
Selain itu, kegemaraannya mengajar dan meneliti semakin memantapkan niatnya untuk menjadi dosen. Kedua hal itu menurutnya paling cocok disalurkan ke profesi dosen.
“Suka mengajar dan suka meneliti Hera rasa yang cocok dua kesukaan itu ya jadi dosen itu,” kata dia.
Sumber: detikNews, Senin 23 Juli 2018
—————————
Herayati, Anak Tukang Becak yang Meraih Predikat “Cum Laude”
Herayati (21) mampu meraih gelar sarjana jurusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,77. Meski berayahkan tukang becak, gadis yang akrab disapa Hera itu mampu menjadi lulusan dengan predikat cum laude.
Hera, warga Kelurahan Kotasari, Kecamatan Gerogol, Kota Cilegon, Banten itu menunjukkan ijazah di rumahnya, Senin (23/7/2018). “Saya sangat tak menyangka. Waktu dapat prestasi itu, saya bersyukur sekali. Tidak mengira mendapatkan kesempatan itu,” katanya dengan wajah berseri-seri.
Hera lulus di bawah bimbingan Dr Deana Wahyuningrum dengan skripsi berjudul Sintesis Kitosan Termodifikasi Glutaraldehid dengan Menggunakan Metode MAOS (Microwave Assited Organic Synthesis) Sebagai Adsorben Ion Pb (II) dari Sampel Air Sungai Cikapundung.
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS–Herayati (tengah) bercengkerama dengan ayahnya, Sawiri dan ibunya, Durah di rumahnya di Kelurahan Kotasari, Kecamatan Gerogol, Kota Cilegon, Banten, Senin (23/7/2018).
Lulusan Jurusan Kimia Murni pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB itu lulus sidang sarjana pada Mei 2018. Hera adalah mahasiswi angkatan tahun 2014.
“Tidak ada kiat istimewa untuk mencapai predikat cum laude. Saya hanya banyak berdoa dan konsisten belajar,” ujarnya.
Setiap hari, Hera bangun pukul 24.00 setelah tidur sekitar empat jam. Hera belajar atau mengerjakan tugas hingga pukul 03.00. Dia lalu bangun lagi pukul 04.30. Hera juga bersyukur, dia termasuk mahasiswi yang bisa cepat menangkap pelajaran.
Hera bukan termasuk kalangan berada. Ayah Hera, Sawiri (66) hanya seorang tukang becak yang biasa mangkal di Rumah Sakit Krakatau Medika, Cilegon. Rumah sakit itu berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah Hera. Penghasilan Sawiri setiap hari hanya sekitar Rp 20.000.
“Kalau dilihat, kondisi sehari-hari memang susah. Tapi, untuk makan, cukup-cukup saja. Sekarang, saya dan saudara-saudara bisa kasih uang untuk bantu orangtua,” kata Hera. Anak bungsu dari empat bersaudara itu hanya diminta orangtuanya untuk belajar tekun.
Sawiri dan istrinya, Durah (62) jelas tak punya bayangan apa pun soal kampus yang dipilih Hera. Mereka tak pernah meminta Hera kuliah di ITB. Orangtua Hera hanya menginginkan anaknya meraih pendidikan sebaik-baiknya. Pendidikan Sawiri pun hanya sampai Sekolah Rakyat Kotabumi, Cilegon.
Namun, Hera mampu menunjukkan keseriusannya dengan meraih nilai-nilai kuliah yang sangat baik. Hera juga mendapatkan beasiswa hingga meraih gelar sarjana. “Sekarang, saya ingin melanjutkan S2 jalur cepat. Semoga setahun bisa selesai. Saya sudah mengajukan beasiswa,” ujarnya.–DWI BAYU RADIUS
Sumber: Kompas, 23 Juli 2018