Will, Lulusan Magister Termuda ITB dengan IPK Sempurna 4.00

- Editor

Selasa, 26 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

William Damario Lukito menjadi satu-satunya mahasiswa magister Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus dengan IPK sempurna 4.00 dalam wisuda ITB pada Sabtu, 23 Juli lalu.

Dalam wisuda yang diikuti 538 wisudawan jenjang magister itu William memecahkan rekor sebagai lulusan terbaik, termuda, dan tercepat. Dia lulus dari bidang spesialis Teknik Telekomunikasi

William Damario Lukito yang berhasil lulus dari Opsi Teknik Telekomunikasi dengan IPK 4.00. Foto : ITB

Di kalangan mahasiswa ITB, khususnya Teknik Elektro bidang spesialis Teknik Telekomunikasi merupakan salah satu program studi tersulit di fakultas tersebut. Jurusan tersebut tak menjadi prodi favorit mahasiswa. Namun, William berhasil menyelesaikan studi magisternya hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di bawah bimbingan Effrina Yanti Hamid, William menyelesaikan penelitian tesisnya dengan judul “Principal Component Analysis untuk Optimasi Model Klasifikasi Modulasi Berbasis Algoritma Support Vector Machine”.

Lulusan Termuda Program Fast Track
Menjadi lulusan magister termuda pada usia 22 tahun, William menyelesaikan penelitian tesis yang digarapnya di bawah Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro (LTRGM-ITB).

Pria kelahiran Bekasi tahun 2000 sebelumnya mengikuti program binaan Fast Track atau Program Penyatuan Sarjana Magister (PPSM) yang disediakan oleh ITB. Program PPSM ini merupakan program binaan ITB yang memungkinkan mahasiswa tingkat akhir sarjana untuk mengambil mata kuliah program magister.

Program ini terbuka bagi seluruh mahasiswa ITB yang memenuhi syarat, sesuai dengan kebijakan di fakultas masing-masing. Adapun William merupakan alumni S1 Teknik Telekomunikasi ITB angkatan 2017 yang baru saja lulus dengan predikat Cum Laude pada Juli tahun lalu.

Terinspirasi dari Ayahnya
Sejak di bangku SMA, William juga merupakan lulusan program akselerasi. Dia kemudian memilih STEI-ITB karena termotivasi oleh ayahnya yang juga alumni ITB.

“Ayah saya juga adalah alumni ITB. Saya banyak mendapat pengaruh dan arahan dari ayah saya mengenai studi. Dari usia balita, saya sudah beberapa kali dibawa berkeliling di lingkungan kampus ITB ini untuk berjalan-jalan. Selama saya sekolah, menjadi mahasiswa ITB merupakan cita-cita utama saya,” ujar sulung dari dua bersaudara ini dilansir dari laman resmi ITB pada Selasa, 26 Juli 2022.

Selama masa studi magisternya, selain sibuk dengan kegiatan kuliah dan menjadi asisten di beberapa mata kuliah, William juga turut berpartisipasi di salah satu kegiatan kerja sama Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri ITB dengan Balitbang Kementerian Pertahanan.

William pun berpesan kepada rekan-rekannya di ITB agar tetap bersemangat dan selalu bersyukur. “Sebab tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama,” ujarnya.

Adapun William berniat meneruskan pendidikannya ke jenjang doktoral dan sedang mempersiapkan dokumen dan persyaratannya.

Reporter: Tempo.co
Editor : Devy Ernis

Sumber: TEMPO.CO, Selasa, 26 Juli 2022

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 75 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB