Pesan viral yang mencantumkan tautan wawancara peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di stasiun televisi tentang ancaman gempa di Jawa telah dipelintir sehingga bisa menimbulkan kepanikan masyarakat. Sekalipun Jawa memiliki potensi gempa, sampai saat ini tidak bisa diprediksi kapan terjadi.
Klarifikasi itu disampaikan Kepala Bagian Humas, Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam siaran pers, Sabtu (25/8/2018). Disebutkan, tautan berita berjudul ”Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa” tersebut merupakan penggalan wawancara dengan peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, di salah satu televisi swasta pada 24 Januari 2018.
Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, substansi wawancara di televisi tersebut sebenarnya bisa menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat Indonesia yang memang hidup di wilayah rawan gempa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut dia, pernyataan ilmuwan tentang kewaspadaan gempa selalu bersifat sangat umum, yaitu mempertimbangkan mekanisme gempa yang berulang. Pilihan kata dan kalimatnya juga sering kali masih menggunakan konteks waktu geologi yang kisaran waktunya bukan 24 jam, melainkan ribuan, bahkan jutaan tahun.
”Artinya, jika seorang geolog mengemukakan pernyataan tentang ancaman gempa, itu adalah pernyataan yang generik karena memang kita hidup di tempat di mana sumber-sumber gempa berada,” ujarnya menekankan.
KOMPAS/LASTI KURNIA–Seismograf, alat pencatat aktivitas kegempaan di Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Cinangka, Banten, Jumat (23/9). Indonesia berada di jalur Cincin Api sehingga sangat rentan gempa. Meski demikian, sampai saat ini gempa belum bisa diprediksi kapan dan di mana akan terjadi.
Meski demikian, kalimat yang terdapat dalam pesan berantai yang menyertai video tersebut merupakan pemelintiran informasi yang secara sengaja dibuat untuk menimbulkan keresahan masyarakat dan bisa dikategorikan informasi tambahan yang hoaks.
Oleh karena itu, LIPI mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dan menjadi panik karena pesan itu. Apabila masyarakat menerima pesan serupa, sebaiknya tidak segera dibagikan lagi dan lebih baik mengonfirmasikan kembali kepada pihak yang resmi dan tepercaya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, sampai saat ini gempa belum diprediksi kapan dan di mana akan terjadinya.
”Hingga saat ini, tidak ada satu pun lembaga resmi dan pakar yang kredibel dan diakui mampu memprediksi gempa,” ucapnya.
Di negara terdepan dalam penelitian dan teknologi kegempaan, yaitu Jepang dan Amerika Serikat, kini lebih tertarik mengalokasikan anggaran dana untuk mitigasi gempa, seperti penguatan struktur bangunan dan masyarakat di kawasan berisiko. Meski kajian prediksi tetap dilakukan, itu bukan lagi menjadi prioritas mereka.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 25 Agustus 2018