Alat tes diagnostik cepat untuk penyakit malaria, demam berdarah, sifilis, hepatitis, dan tes kehamilan yang selama ini mengandalkan impor kini mulai diproduksi di dalam negeri. PT Kimia Farma (Persero) Tbk memulai produksi lima alat tes diagnostik cepat tersebut di pabrik baru di Denpasar, Bali. Kimia Farma tengah menunggu izin produksi alat tes narkoba dan HIV.
Kementerian Kesehatan mendukung upaya produksi peralatan kesehatan tersebut karena mempermudah masyarakat mengakses peralatan tersebut dan mempercepat deteksi dini penyakit dengan cepat, akurat, dan murah.
”Alat-alat tes cepat ini dibutuhkan masyarakat luas. Apalagi, penyakit seperti hepatitis, malaria, demam berdarah, serta sifilis merupakan beberapa penyakit yang masih meluas di Indonesia,” kata Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfasa Moeloek saat peresmian pabrik Kimia Farma di Kota Denpasar, Rabu (24/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan data Kimia Farma, prevalensi kasus beberapa penyakit menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Tahun 2018, prediksi jumlah kasus sifilis (berdasarkan data prevalensi) mencapai 344.520 kasus atau meningkat 4.062 kasus dari tahun lalu (340.458 kasus).
Sementara prediksi jumlah kasus malaria (berdasarkan data angka insidensi) sebanyak 795.046 kasus atau meningkat 9.373 kasus dari tahun lalu (785.673 kasus). Adapun prediksi jumlah kasus hepatitis B (berdasarkan pada data prevalensi) tercatat 693.280 kasus atau meningkat 8.173 kasus dari tahun lalu (685.107 kasus).
Prediksi jumlah kasus demam berdarah (berdasarkan data angka insidensi) sebanyak 121.510 kasus atau meningkat 1.433 kasus dari tahun lalu (120.077 kasus). Hal medis lain, prediksi jumlah kasus kelahiran (berdasarkan angka kelahiran kasar) mencapai 5.035.291 kasus dan prediksi jumlah kasus HIV sebanyak 62.226 kasus.
Karena itu, Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir mengatakan, perlu ada program deteksi dini terhadap penyakit-penyakit tersebut. Hal ini yang mendorong Kimia Farma membangun pabrik untuk memproduksi alat kesehatan yang akurat dan murah. Kapasitas produksi di pabrik tersebut bisa menghasilkan 30 juta unit alat tes atau 100.000 alat tes per hari.
Di pabrik baru di Denpasar tersebut, kata Honesti, Kimia Farma juga akan mengembangkan bahan baku antibodi lokal bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Andalas. (AYS)
Sumber: Kompas, 26 Januari 2018