Pengembangan Disesuaikan Pola Penyakit

- Editor

Senin, 18 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proyeksi demografi di Indonesia sampai tahun 2035 menunjukkan, kelompok usia 60 tahun ke atas akan meningkat. Itu menggeser pola penyakit, yakni bertambahnya penyakit tak menular dan penyakit akibat cedera.

Karena penyakit tidak menular, seperti stroke, penyakit jantung, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes, osteoartritis, dan kanker, meningkat, perlu teknologi farmasi untuk penanganan penyakit tersebut. Selain itu, obat analgetik antipiretik diperlukan.

Hal ini diungkapkan profesor riset bidang farmasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Wahono Sumaryono, selaku editor buku Outlook Teknologi Kesehatan, Jumat (15/4), di Jakarta. Buku itu disusun tim peneliti dan perekayasa dari Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berkembangnya penyakit tak menular di masa depan mendorong aplikasi teknologi pengembangan produk biofarmasi. “Aplikasi teknologi antibodi monoklonal, sel punca, DNA rekombinan, dan terapi gen kelompok obat biofarmasi menunjukkan capaian luar biasa,” ujarnya.

Selain untuk menangani penyakit tak menular, teknologi biofarmasi diperlukan untuk mencari senyawa obat baru beraktivitas tinggi melawan penyakit. “Pemenuhan kebutuhan produk obat jadi mensyaratkan pengembangan industri bahan baku obat, yang lebih dari 90 persen masih impor,” ucap Wahono yang juga Komisaris PT Kimia Farma.

Menurut Wahono, selain obat berbasis bahan kimia sintetis, diperkirakan permintaan obat herbal juga naik seiring dengan meningkatnya kesadaran penggunaan bahan ramah lingkungan dan rendah efek samping. Penggunaan obat herbal lebih banyak untuk pencegahan penyakit, perlindungan fungsi organ, dan peningkatan daya tahan tubuh.

Sementara itu, sejumlah produk alat kesehatan yang diperkirakan meningkat kebutuhannya hingga 2035 antara lain kelompok produk bahan medis habis pakai, mebel rumah sakit, implan ortopedi, dan diagnostik in vitro. Alat kesehatan lain adalah alat elektromedis untuk diagnosis dan pemantauan kesehatan.

Produk kit diagnostik yang diproyeksikan banyak digunakan adalah reagen diagnostik. “Teknologi yang prospektif untuk dikembangkan adalah deteksi dini demam berdarah, HIV, malaria, dan tuberkulosis,” kata Wahono.

Dorong daya saing
Terkait hal itu, buku Outlook Teknologi Kesehatan menyajikan potret kesehatan nasional, industri farmasi, dan alat kesehatan. Buku itu juga berisi analisis serta proyeksi kebutuhan produk dan teknologi kesehatan untuk industri tersebut di tingkat nasional hingga 2035.

Sementara itu, Kepala BPPT Unggul Priyanto, saat peluncuran buku itu, Rabu, mengatakan, Outlook Teknologi Kesehatan tersebut diharapkan menjadi masukan bagi pemangku kepentingan. Dengan demikian, hal itu mendorong daya saing industri farmasi dan alat kesehatan berbasis inovasi teknologi.

“Buku proyeksi ini diharapkan menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan pemerintah dalam penguatan industri farmasi dan alat kesehatan. Ini, antara lain, terkait dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 11 dan penyusunan roadmap (peta jalan) pengembangan industri farmasi nasional,” kata Unggul.

Menurut rencana, buku itu diperbarui dan dilengkapi datanya secara berkala setiap tahun. Analisis pada buku itu meliputi teknologi produksi bahan baku obat dan alat kesehatan, produk biologi dan biosimilar, diagnostik in vitro (IVD), dan teknologi produksi sediaan produk herbal.(YUN)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Pengembangan Disesuaikan Pola Penyakit”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB