Tren kondisi terumbu karang bertutupan rapat di Indonesia bagian timur cenderung semakin rusak. Aktivitas pengeboman saat menangkap ikan masih menjadi ancaman yang bisa memusnahkan ekosistem penting itu.
Berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), seri data 1993-2015 menunjukkan, ekosistem terumbu karang di Indonesia bagian timur yang berkualitas sangat baik (tutupan di atas 75 persen) jumlahnya terus menurun. Dari 10 persen lebih pada 1993 menjadi di bawah 4,64 persen pada 2015.
“Praktik pengeboman bergeser dari Indonesia bagian barat ke Indonesia bagian timur. Selain itu, daerah ini terpencil dan minim pengawasan petugas,” kata Suharsono, peneliti senior P2O LIPI, Kamis (11/2), di Jakarta, dalam pemaparan Status Terumbu Karang dan Padang Lamun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Status padang lamun (seagrass) disampaikan Happy Indarto. Pemaparan itu menyambung pengumuman penetapan LIPI sebagai Wali Data Ekosistem Terumbu Karang dan Padang Lamun. Wali Data sebagai bagian dari langkah menuju kebijakan Satu Peta.
Suharsono mengatakan, pemetaan kondisi terumbu karang dilakukan di total 1.259 lokasi yang dianggap bisa mewakili seluruh bagian ekosistem terumbu karang Nusantara. Di Indonesia bagian timur dipilih 345 lokasi, mulai dari Maluku, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua, termasuk daerah tujuan ekowisata penyelaman Raja Ampat, Teluk Cenderawasih, Banda, Padaido, dan Halmahera.
Kabar baiknya, menurut dia, ekosistem terumbu karang yang berkondisi sangat baik di Indonesia bagian barat memiliki tren meningkat. Dari sekitar 2 persen pada 1993 menjadi 4,94 persen pada 2015.
Menurut dia, hal itu disebabkan kesadaran masyarakat di Indonesia bagian barat relatif baik. Masyarakat mulai sadar dan merasakan ketika ekosistem terumbu karang baik, kian memudahkan mencari ikan.
Secara umum, tren kondisi ekosistem terumbu karang di Indonesia meningkat. Dari persentase rata-rata tutupan kurang dari 35 persen (1993) menjadi sedikit di bawah 40 persen (2015). “Kondisi terumbu karang dunia cenderung turun. Apabila tutupannya stabil sudah tergolong bagus. Di Indonesia meningkat, sementara Australia dan Jepang menurun,” kata Suharsono.
Saat ini, terumbu karang Indonesia sedang dihadapkan pada kekhawatiran perkiraan kehadiran Super El Nino. Diperkirakan, dalam beberapa bulan mendatang, arus laut bersuhu 2-3 derajat di atas normal akan melanda perairan Indonesia.
Pada 2010, arus hangat itu sempat mendatangi Indonesia, tetapi hanya sampai perairan Riau, lalu berbalik arah. “Biasanya, kalau ‘pemanasan’ terjadi kurang dari enam minggu, karang bisa memulihkan diri,” katanya.
Faktor lain yang berpengaruh pada ketahanan terumbu karang adalah kondisi tutupan karang. Jika kondisi karang sehat atau tutupan lebih dari 75 persen, lebih tahan gangguan alam.
Padang lamun
Happy Indarto mengatakan, perhitungan P2O LIPI, padang lamun di 29 lokasi di Indonesia memiliki luas 25.752 hektar. “Ini jauh dari angka 3 juta hektar, angka yang dipakai untuk luasan lamun yang entah data dari mana dan kapan,” katanya.
Padang lamun merupakan ekosistem laut dangkal. Berada di perairan hangat dengan dasar pasir yang didominasi lamun, rumput laut yang menjulur.
Data saat ini, Indonesia punya 15 jenis lamun yang enam di antaranya sulit ditemukan di lapangan. Keenamnya yaitu Halophila decipiens Ostenfeld, Halophila minor (Zollinger) den Hartog, Halophila spinulosa (R Brown) Ascherson, Halophila sulawesii Kuo, Ruppia maritima, dan Halophila beccarii. Dua spesies terakhir ada di herbarium.
Dari sisi kondisi lamun, di Indonesia bagian timur tak ditemukan kondisi lamun tidak sehat (tutupan kurang dari 30 persen), sementara di Indonesia bagian tengah tak ditemukan padang lamun sehat (tutupan di atas 60 persen). Di Indonesia bagian barat, padang lamun sehat terdapat di Pulau Nias. (ICH/C08)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Februari 2016, di halaman 13 dengan judul “Kecenderungan di Indonesia Timur Kian Rusak”.