Karang yang Ditabrak Kapal di Pulau Pari Berkondisi Cukup Baik

- Editor

Selasa, 8 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapal Gandha Nusantara 15 dengan ukuran GT 92 kandas di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Sabtu (5/5/2018) malam. Akibatnya, terumbu karang hidup di sana rusak tertabrak badan kapal.

Kerusakan ditaksir seluas 370 meter persegi di sebelah timur Pulau Pari. Bagian bawah kapal itu merusak karang-karang jenis folios (karang lembar), porites (karang masif), dan heliopora (karang biru). Proses pemulihan diprediksi akan sulit dan lama.

Hal ini disebabkan arus dan gelombang setempat yang membuat karang tak bisa menempel. Pemulihan hanya mengandalkan rekruitmen alami maupun penyembuhan alami pada karang yang patah. Intervensi manusia untuk upaya pemulihan diperlukan melalui berbagai rekayasa dan teknik perbanyakan koral.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kondisi karang di daerah itu cukup baik, dengan tutupan 20-30 persen,” kata Muhammad Abrar, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Senin (7/5/2018) di Jakarta. Kondisi tutupan terumbu karang, menurut klasifikasi dari P2O LIPI dinyatakan cukup baik bila pada rentang 26-50 persen, kondisi baik bila berada pada rentang 51-75 persen, dan kondisi sangat baik bila di atas 76 persen.

PDPL-BM PULAU PARI UNTUK KOMPAS–Kapal Gandha 15 yang menabrak terumbu karang di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta pada Sabtu malam lalu.

Di lokasi kapal karam kemarin, Abrar pernah turun dua tahun lalu. Kondisinya relatif tak berbeda dibandingkan lokasi pengamatan permanen di sekitarnya. P2O LIPI memiliki stasiun riset di Pulau Pari yang sejak 2002 berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Kompetensi Sumberdaya Manusia Oseanografi Pulau Pari. Karenanya, P2O LIPI memiliki seri data lengkap kondisi terumbu karang di sana.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam kelompok akademisi, pemerhati lingkungan, dan penduduk Pulau Pari menandatangani poster sebagai dukungan mewujudkan laut yang bersih dan terumbu karang yang sehat.

Terumbu karang di lokasi kejadian ini bertipe flat memanjang dengan diikuti tubir. Karena berada di perairan yang flat menjorok ke laut, ekosistem karang setempat dihuni jenis-jenis yang homogen.

Antara Pulau Pari dan Pulau Payung besar menjadi tempat lalu-lalang kapal dari barat (sumatera) ke Tanjung Priok. Meski berupa selat sempit, perairan ini dipilih karena memiliki perairan dalam.

Namun tantangannya pada keberadaan ekosistem terumbu karang flat (rata) dan gosong-gosong pasir. Bila nakhoda tak terbiasa melewatinya riskan kapal terdampar. Tak heran, di sekitar lokasi kapal terdampar itu terdapat dua kapal tenggelam (wreck) pada kedalaman 30-an meter. Selain itu, katanya, pada akhir tahun 2017, pernah terjadi kecelakaan serupa di Pulau Pari.

Dengan kondisi geografis seperti ini, ia menyarankan agar rambu-rambu dan navigasi pemandu kapal ditambah di daerah ini. “Celah selat ini sempit, sedikit saja meleset dari arah kompas, haluan untuk memutar susah sekali,”kata dia.

Dihubungi terpisah, Direktur Pengaduan, Pengawasan, dan Sanksi Administratif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yazid Nurhuda mengatakan telah menurunkan pejabat pengawas lingkungan dan penyelam ke Pulau Pari. “Hasil temuan tim ini nanti menentukan tindak lanjut direktorat lain sesuai kasusnya,” kata dia. (ICH)–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 8 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB