Kebakaran hutan Amazon mencapai rekor terhebat sejak 2010. Kebakaran hutan hujan tropis terbesar di dunia ini telah memicu kekhawatiran global. Deforestasi dan pembukaan lahan untuk pertanian dituding menjadi pemicu utama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
AFP / NASA / JOSHUA STEVENS / HO–Peta NASA Earth Observatory menunjukkan deteksi kebakaran aktif di Amerika Selatan (termasuk Brasil, Bolivia, Peru, Paraguay, Ekuador, Uruguay, Argentina utara, dan Kolombia barat laut), seperti yang diamati Terra dan Aqua MODIS.
Institut Nasional untuk Riset Antariksa (INPE) Brasil menyebutkan, berdasarkan data satelit jumlah titik api teridentifikasi hutan Amazon yang berada wilayah mereka mencapai 41.000 lokasi. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 22.000. Data dari Global Fire Emissions Database, yang dikumpulkan oleh ilmuwan dari NASA Goddard Space Flight Center di Maryland, Universitas California dan Universitas Vrije, Amsterdam, juga menunjukkan tren serupa sekalipun titik api sedikit lebih banyak.
Sebagai hutan hujan terluas di dunia, Amazon adalah penyimpan karbon vital yang dapat memperlambat laju pemanasan global. Hujan hujan ini mencakup beberapa negara, tetapi sebagian besar berada di Brasil.
Sebagaimana di Indonesia, hutan di Amazon telah langganan terbakar sejak 20 tahun terakhir, terutama di musim kering. Meningkatnya intensitas dan frekuensi El Nino sebelumnya diduga turut berkontribusi memicu semakin seringnya kebakaran hutan dan lahan.
Dalam pernyataannya di Twitter baru-baru ini, Menteri Lingkungan Hidup Brasil Ricardo Salles menyebutkan, faktor cuaca, angin, dan panas sebagai penyebab utama kebakaran hutan Amazon. Namun, para ilmuwan di Brasil dan sejumlah negara menolak argumen ini.
”Kebakaran Amazon kali ini tidak biasa karena tidak ada kekeringan yang parah,” kata Laura Schneider dari Rutgers University-New Brunswick kepada kantor berita AP, Rabu (28/8/2019).
Ahli atmosfer dari Universitas Sao Paulo, Brasil, Paulo Artaxo, kepada Sciencemag mengatakan, data cuaca menunjukkan, musim kering di wilayah Amazon tahun ini tergolong ringan. El Nino lemah yang terjadi sejak akhir tahun lalu telah meluruh. Menurut dia, kebakaran hutan kali ini lebih disebabkan pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian dan peternakan. ”Tak ada keraguan lagi, kebakaran hutan dipicu maraknya deforestasi,” kata Artaxo.
Menurut data Amazon Environmental Research Institute (IPAM) Brasil, lokasi titik api paling banyak ditemukan di area yang paling tinggi laju deforestasinya. Mengacu pada data INPE, laju deforestasi Brasil akhir-akhir ini kembali meningkat. Dari Januari hingga Juli, 6.800 kilometer persegi hutan di Amazon dibuka dibandingkan tahun lalu yang hanya separuhnya.
Namun, Presiden Brasil Jair Bolsonaro membantah hal ini. Menurut dia, data INPE keliru. Bahkan, Direktur INPE Ricardo Galvão kemuduian dipecat pada awal Agustus lalu.
Bolsonaro kini dikritik para pemimpin dunia karena kebijakannya dianggap memicu meluasnya kebakaran hutan Amazon. Bahkan, Presiden Perancis Emmanual Macron dalam pertemuan G-20 di Jepang pekan lalu menyebutnya ”berbohong” dalam upayanya memerangi perubahan iklim. Hal ini yang kemudian memicu ketegangan politik.
Bolsonaro kemudian menolak tawaran bantuan dana dari negara-negara G-7 sebesar 22 juta dollar AS atau setara Rp 315 miliar untuk mengatasi kebakaran hutan di Amazon, kecuali Emmanual Macron meminta maaf kepadanya.
Bolsonaro mengatakan, Pemimpin Perancis itu harus minta maaf karena menyebutnya sebagai seorang pembohong. Dia juga menuduh Macron mempertanyakan kedaulatan Brasil atas wilayah Amazon.
Seperti dilaporkan BBC, tawaran dana bantuan 22 juta dollar AS untuk mengatasi kebakaran hutan Amazon telah diumumkan pada Senin (27/8/2019) dalam pertemuan puncak negara-negara G-7, yakni Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, di Biarritz, Perancis.
Macron mengatakan, dana itu akan tersedia segera, terutama untuk membayar pesawat pemadam kebakaran. Namun, bantuan itu kini mengambang menyusul penolakan dari Presiden Brasil.
Di luar G-7, kekhawatiran internasional tentang kebakaran juga menyebar di kalangan warga dunia. Aktor Hollywood, Leonardo DiCaprio, juga menjanjikan 5 juta dollar AS atau Rp 71 miliar untuk membantu mengatasi kebakaran hutan hujan Amazon.
Oleh AHMAD ARIF
Sumbet: Kompas, 28 Agustus 2019