Joseph Nayaka Clarence; Harmoni antara Kecerdasan dan Kepedulian

- Editor

Kamis, 15 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di saat sebagian besar rekan sebayanya mungkin lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengisi waktu luangnya dengan beragam aktivitas yang disenangi, Joseph Nayaka Clarence (18), pemegang medali perak Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika tahun 2011 ini, lebih senang melatih kelenturan jemari dan mengasah intuisinya untuk memainkan nada-nada Chopin.


Hampir satu tahun ia melatih kelenturan jemarinya demi penampilan solo untuk sebuah konser penggalangan dana kemanusiaan. Hasilnya semua diserahkan kepada Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang digunakan untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung. Lihat saja konser tersebut di https://www.youtube.com/watch?v=lwX8L2ysf_I. Konser yang diadakan pada 29 November 2014 itu berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp 350 juta.

Nayaka mulai diperkenalkan pada piano sejak usia lima tahun, juga menjadi pemegang medali perunggu dalam Invitational World Youth Mathematics Intercity Competition, sebuah kompetisi matematika internasional. Sejak usia delapan tahun, ia sudah mengikuti berbagai lomba dan konser piano. Tidak heran jika ia sudah mengantongi sederet penghargaan dan riwayat penampilan piano yang mengagumkan yang dilakukannya di Indonesia dan di luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Saya sepertinya tidak ada bosannya bermain piano. Paling bosan dengan lagu klasik yang dimainkan, namun tetap bermain piano. Tinggal memainkan saja lagu-lagu pop yang sedang hit saat ini, maka rasa bosan itu akan hilang,” ujar Nayaka, yang sesekali juga bermain futsal bersama teman-temannya.

”Bermain piano merupakan hobi. Hobi merupakan sesuatu yang kita sukai, dan kita tidak bisa hidup tanpa melakukan sesuatu yang disukai,” ujar Nayaka yang cukup fasih berbahasa Inggris.

Bersemi
Kepeduliannya pada orang lain, dan nasib orang-orang yang belum beruntung, bermula dari ajakan kenalan ibunya. Waktu itu, Juni 2012, ia sekadar diajak untuk mengisi liburan dengan kegiatan yang berbeda dari yang biasa ia lakukan. Ia diajak untuk mengunjungi masyarakat yang tinggal di daerah kumuh di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

”Saya kaget dengan kondisi tempat tinggal mereka yang amat sempit, tidak bersih, anak-anak kecil hidup dalam keterbatasan, dan secara tiba-tiba timbul rasa kasihan saya pada anak-anak yang tinggal di kawasan itu,” ujar Nayaka yang menjelaskan bahwa pengalaman pertamanya itu amat membekas pada dirinya.

Dalam kunjungan singkatnya tersebut, Nayaka bersama beberapa temannya kemudian mengajak anak-
anak tersebut bermain dan belajar. Ia mengajarkan anak-anak itu tentang matematika, salah satu pelajaran kegemarannya.

”Setelah itu, hampir setiap liburan saya selalu ikut program untuk mengunjungi mereka,” kata Nayaka yang senang bergabung dengan YCAB karena prinsip tiga pilar, Help, Hold, dan Hope.

Joseph Nayaka ClarenceApalagi, saat ini ribuan anak-anak Indonesia masih membutuhkan uluran tangan. Ketiga pilar itu, menurut Nayaka, akan menyelamatkan ribuan nyawa dan masa depan anak-anak Indonesia.

”Melalui beragam bentuk program kepedulian YCAB, masa depan anak Indonesia diselamatkan. Mereka diajak untuk melakukan segala sesuatunya dengan baik,” ujar Nayaka, yang pada Kamis (8/1) mendapat e-mail pemberitahuan bahwa ia diterima untuk kuliah di Oxford, London.

”Saya seneng banget bisa keterima, bener-bener enggak nyangka, enggak expect apa-apa, and saya ngambil bidang earth sciences, kayak geologi dan sainsnya di balik itu,” ujarnya saat ditanya tentang bidang yang akan diambil di Universitas Oxford.

Joseph Nayaka Clarence
Lahir: Jakarta, 26 Juni 1997

Pendidikan:- STB-Anglo Chinese School, International Jakarta (SMP dan SMA) 2009-2015- SDK 4 BPK Penabur (2008)

Penghargaan:- Medali perunggu dalam Invitational World Youth Mathematics Intercity Competition (2011)- Medali perak Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Matematika (2010)- Medali emas Singapore and Asian Schools Math Olympiad (2009)- Honor Roll of Distinction The American Mathematics Competitions 10 (AMC 10) (2009)- Peringkat pertama The 8th Mathematics Competition, SMPK 2 Penabur (2009)- Medali emas OSN bidang Matematika di Makassar (2008)- Distinction Award Australian Mathematics Competition (2008)- Honor Roll of Distinction AMC 8 (2008)- Medali perak The 5th International Mathematics & Science Olympic in Mataram (2008)- Medali perunggu International Mathematics Competition 2008, Chiang Mai, Thailand (2008)- Medali emas OSN bidang Matematika (2008)- Peringkat kedua Sakamoto Mathematics Competition in Group, Jakarta (2007)- International Piano Competition for Young Musicians 2010 di Belanda (2010)- Band cilik berprestasi pada The 13th Annual Panasonic Gobel Awards (2010)u Konser dan penghargaan musik:- Solo Piano YCAB’s Angel of Change Event dalam perayaan ulang tahun YCAB (2014) – Special Award Bach Performance Prize pada The 3rd ASEAN International Concerto Competition, Category B (under 18 years old) (2009)- Gold Prize Winner (Category A) pada The 9th International Chopin Piano Competition in Asia (Category A), Tokyo, Jepang (2008)- First Prize Winner Young Persons’ Piano Competition 2007, Kuala Lumpur, Malaysia (2007)- Third Prize Winner dan finalis termuda The 2nd ASEAN International Concerto Competition in Asia, Category A, Jakarta (2007)

Oleh: Imam Prihadiyoko

Sumber: Kompas, 15 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 24 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB