Ilmuwan di Luar Negeri Tetap Bisa Nasionalis

- Editor

Jumat, 17 Desember 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wakil Presiden Boediono meyakini, ilmuwan Indonesia yang bekerja sebagai dosen ataupun peneliti di luar negeri dapat tetap menjaga nasionalisme. Para ilmuwan pun dapat tetap berkontribusi untuk mendorong kemajuan Tanah Air.

Untuk itu, para ilmuwan Indonesia di luar negeri ini diharapkan dapat membangun jaringan yang kuat dan produktif dengan simpul-simpul di dalam negeri.

Wakil Presiden mengemukakan hal itu ketika membuka pertemuan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (16/12). Sebanyak 61 ilmuwan Indonesia yang bekerja di berbagai sektor di luar negeri, mulai Kamis hingga Sabtu (18/12), bertemu di Jakarta untuk merumuskan kontribusi yang bisa diberikan untuk Indonesia. Banyak ilmuwan tersebut yang memiliki hak paten.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini sedikitnya ada 2.000 ilmuwan Indonesia berkualifikasi doktor bekerja di berbagai sektor di luar negeri. Meski demikian, yang tercatat data dasarnya sekitar 850 ilmuwan.

Menurut Wapres, ia memahami jika sejumlah ilmuwan Indonesia saat ini memilih untuk berkarya di luar negeri, baik di lingkungan perguruan tinggi, lembaga penelitian, maupun swasta asing. ”Kita tidak perlu menahan-nahan, ini proses yang alamiah. Kalau teman-teman masih merasa ingin mendapatkan sesuatu dari luar, dipersilakan, kecuali yang dapat beasiswa dari negara, penuhi dulu utangnya kepada negara,” ujarnya.

Pendidikan doktoral

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menambahkan, jaringan para ilmuwan Indonesia di luar negeri dapat berperan dalam program percepatan pendidikan doktoral bagi pengajar perguruan tinggi di Indonesia. Saat ini di Indonesia hanya terdapat sekitar 23.000 pengajar berpendidikan doktor, kurang dari 10 persen dari total dosen di Tanah Air.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, ada sekitar 55.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai perguruan tinggi di luar negeri.

Nelson Tansu, ilmuwan Indonesia yang menjadi Guru Besar Teknik Elektro Universitas Lehigh, Amerika Serikat, mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memaksimalkan potensi bangsa, kegiatan riset membutuhkan pemimpin yang mempunyai visi riset jauh ke depan. (DAY/MZW/NAW/CHE)

Sumber: Kompas, Jumat, 17 Desember 2010 | 04:29 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB