Era Digital Buka Peluang Anak Muda

- Editor

Jumat, 2 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Era disrupsi yang menciptakan perekonomian digital menjadi peluang bagi generasi milenial untuk bisa mengelola bisnis secara kreatif, terutama di daerah. Apalagi, kondisi perekonomian Indonesia diyakini terus membaik.

“Indonesia membutuhkan generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat mengelola dan menggerakkan pembangunan ke desa-desa agar manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat luas,” kata Komisaris Independen Bank Central Asia Cyrillus Harinowo dalam seminar “Menghadapi Tantangan dan Peluang Baru dalam Disrupsi di Era Ekonomi Digital” yang digelar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras, Bandar Lampung, Kamis (1/3).

Saat ini, lanjut Cyrillus, sebagian besar keuntungan bisnis berbasis digital masih dinikmati oleh industri besar. Untuk itu, generasi milinial diminta untuk mengelola peluang secara kreatif dalam mengembangkan bisnis baru berbasis digital. Ia memberi contoh pengembangan industri pariwisata di perdesaan yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi. Pariwisata di daerah membuka kesempatan untuk memasarkan jasa traveling, souvenir, dan industri kreatif lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cyrillus mengatakan, perekonomian Indonesia diprediksi akan terus membaik. Sebagai indikator, pada tahun 2017, produk domestik bruto (PDB) Indonesia telah mencapai nilai Rp 1 trilun dollar AS. Pencapaian itu membuat posisi Indonesia berada di antara 16 negara di dunia yang memiliki PDB di atas Rp 1 triliun dollar AS. Saat ini, Indonesia juga menjadi negara terbesar kelima penyumbang pertumbuhan ekonomi dunia.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi di Tanah Air diprediksi mencapai 5,3 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi tumbuh 3,9 persen.

Kondisi perekonomian yang membaik itu, kata Cyrillus, perlu diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia, khususnya generasi milenial dalam menghadapi perubahan di era ekonomi digital.
Pembicara lainnya yakni Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Sri Hasnawati mengatakan generasi milenial tidak perlu takut menghadapi persaingan kerja dan bisnis di era digital. Meskipun banyak pekerjaan yang telah tergantikan oleh mesin, kreativitas manusia tetap dibutuhkan.

Komisaris Independen Bank Central Asia Cyrillus Harinowo dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Sri Hasnawati menjadi pembicara dalam acara seminar nasional bertajuk “Menghadapi Tantangan dan Peluang Baru dalam Disrupsi di Era Ekonomi Digital”, Kamis (1/3), di Bandar Lampung. Acara yang digelar oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras itu digagas untuk menjawab keresahan masyarakat menghadapi disrupsi di tengah era ekonomi digital.–Kompas/Vina Oktavia (VIO)–01-03-2018

Kaum muda diminta tidak hanya membekali diri dengan pengetahuan, tapi juga keterampilan dan kreativitas untuk menciptakan inovasi. Yang tak kalah penting, kaum milenial juga diminta tetap menjaga etika dan kejujuran.

Di era ekonomi digital saat ini, lanjut Sri, konsumen membutuhkan produk yang berkualitas, mudah didapat, dan murah. Kaum muda perlu menangkap hal itu sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis. Menurut dia, masih banyak jenis usaha bermodal murah yang dapat dikembangkan.

Apalagi, generasi milenial dianggap memiliki sifat kolaboratif yang lebih tinggi dibanding pendahulunya. Hal itu membuat mereka lebih menyadari sejumlah pekerjaan tak bisa ditangani sendiri, sehingga harus melibatkan pihak lain. Cara seperti itu diakui memberikan keuntungan karena lebih efisien dan dapat menekan biaya.
Di sektor pendidikan, perguruan tinggi juga dituntut untuk menyesuaikan program studi dan kurikulum dengan era digital. Dengan begitu, lulusan yang dihasilkan diharapkan lebih kompeten dan siap menghadapi berbagai perubahan.

Ketua STIE Gentiaras Lydia Sumiyati menuturkan, acara itu digagas untuk menjawab keresahan masyarakat menghadapi disrupsi di tengah era ekonomi digital. Dia berharap, informasi yang diterima membuat peserta lebih siap mengahadapi tantangan di masa depan.(VIO)–VINA OKTAVIA

Sumber: Kompas, 2 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB