Dr Paulus Sudiharto, Penemu Shunt Semilunar bagi Pasien Hidrosefalus

- Editor

Senin, 21 Juni 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berkatup Setengah Bulan, Jauh Lebih Murah

Pasien hidrosefalus alias kepala air butuh tindakan operasi untuk mengalirkan banjir cairan di kepala dengan menggunakan pompa dan slang yang disebut sistem shunt. Dr dr Paulus Sudiharto SpBS adalah penemu sekaligus penyempurna sistem shunt yang kini digunakan oleh ribuan pasien hidrosefalus.

SEKARING RATRI A., Jogjakarta

Setiap orang memiliki kantong yang memproduksi cairan otak di kepala. Cairan itu berfungsi melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari benturan sekaligus memberikan makanan kepada jaringan otak agar bisa bekerja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti rumah kita, kantong bernama ventrikel itu terdiri atas sejumlah ruang dan gang-gang penghubung antarruang. Bila gang itu tersumbat karena infeksi, toksoplasmosis, perdarahan, tumor, cedera kepala, atau kelainan genetika, cairan otak berkumpul dan mengakibatkan kepala membesar.

Berdasar data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dua di antara seribu bayi yang lahir di Indonesia berpotensi mengidap hidrosefalus. Penyakit tersebut tidak dapat diobati dalam kandungan. Karena itu, pasien hanya bisa segera diterapi setelah dilahirkan. Bila terlambat ditangani, sekitar 50-70 persen pasien meninggal karena infeksi berulang atau kegagalan pernapasan. Jika bertahan hidup, perkembangan otak dan fungsi indra pasien yang tidak mendapatkan terapi bisa terganggu. Bila demikian, pasien sepenuhnya bergantung kepada orang lain seumur hidup.

Namun, bila cepat diterapi, sekitar 51 persen pasien hidrosefalus tumbuh dengan kecerdasan normal dan 16 persen mengalami gangguan mental ringan. Angka kematian anak setelah terapi juga turun drastis, menjadi tujuh persen saja.

Untuk membendung cairan otak itu, dokter bedah saraf biasanya memasang pipa yang menghubungkan bagian otak yang tersumbat dengan bilik jantung atau rongga perut.

Pipa itu otomatis mengalirkan kelebihan cairan otak. Pipa bening berdiameter 0,5 mm tersebut akan terpasang seumur hidup di tubuh pasien.

Saat ini terdapat sekitar 90 jenis pipa shunt, yang mayoritas berbahan logam penutup berbentuk gelombang (longitudinal). Fungsi logam itu mirip dengan pompa yang membuang kelebihan cairan. Kelemahannya, pipa yang kebanyakan dibuat di Amerika Serikat, Jepang, dan Israel tersebut kerap tersumbat. Akibatnya, cairan otak yang telah dibuang bisa mengalir lagi ke rongga kepala.

Sudiharto akhirnya menyempurnakan alat tersebut. Pria kelahiran 14 Oktober 1941 itu membuat pompa berbentuk setengah lingkaran atau semilunar. “Karena bentuknya mirip dengan bulan pada tanggal 15, saya namakan semilunar. Biar lebih mudah diingat,” katanya. Meski hanya menyempurnakan bentuk pompa, temuan pria 68 tahun tersebut berdampak besar kepada pasien. Sumbatan yang lazim ditemui pascaoperasi pemasangan shunt tidak terjadi lagi. Katup semilunar juga efektif mencegah cairan otak mengalir lagi ke kepala dan membuat pasien nyaman meski di badannya terpasang sistem pompa.

Harganya juga lebih murah. Bila pipa dari luar negeri seharga Rp 5 juta, harga pipa buatan doktor jebolan Universitas Katolik Nijmegen di Belanda itu maksimal Rp 1,7 juta. Atas penemuan tersebut, Sudiharto mendapatkan gelar inovator terbaik bidang bedah saraf Indonesia pada Agustus tahun lalu. Alat itu juga sudah dipatenkan pada 3 September 2009.

Pria yang menetap di Jogjakarta tersebut sebenarnya ber­upaya menciptakan terapi untuk pasien hidrosefalus sejak masih menempuh program pendidikan dokter spesialis bedah saraf pada 1974. Saat itu Sudiharto menjadi asisten peneliti Prof Hardoyo yang juga meneliti pembuatan shunt hidrosefalus. Penelitian tersebut membuahkan hasil, tapi tidak membuatnya puas. “Karena terbuat dari logam, ukurannya besar, terlihat menonjol di kepala. Kasihan anaknya,” kenang dia.

Selain itu, sistem pompa buatan Hardoyo dan timnya mudah tersumbat. “Karena itu, saya mulai berpikir membuat sistem yang lebih baik,” terang alumnus FK Universitas Indonesia (UI) tersebut.

Pada 1977 dia memulai penelitian untuk disertasi tentang sistem katup semilunar. Hasilnya, tiga tahun kemudian dia menemukan sistem shunt dengan katup semilunar. Katup berbentuk setengah bulan itu dia buat mengikuti hukum mekanika fluida atas saran ahli fisika UGM (alm) Prof Ir Mugiono dan Prof Dr Ir Nur Yuwono dari Teknik Hidrologi UGM.

Sejak dikembangkan, inovasi Sudiharto digunakan oleh sekitar 7 ribu pasien dengan tingkat risiko kurang dari 2 persen. Angka tersebut lebih rendah daripada tingkat risiko pemasangan pompa cairan otak di luar negeri yang mencapai 2-4 persen. Sudiharto menyatakan lega karena terapi itu dapat membantu pasien-pasien hidrosefalus yang mayoritas berasal dari golongan tidak mampu.

Dia juga telah menyempurnakan lagi sistem pompa buatannya dengan menambahkan tonjolan antiselip. Tonjolan itu bertujuan mencegah bergesernya kateter. Jika alat tersebut bergeser, cairan otak yang sudah berada di perut terisap lagi ke rongga otak sehingga bisa mengakibatkan kematian pasien. Dia mengklaim sistem yang ditemukan itu terbukti aman dipasang pada bayi berusia sepuluh hari hingga pasien dewasa. Syaratnya, keadaan pasien stabil. “Asal belum terlambat, pemasangan sistem itu dapat membuat pasien hidup normal,” ucap dia. (*/c11/agm)

Sumber: Jawa Pos, 21 Juni 2010

tentang dr Paulus Sudiharto:

Nama dr Paulus Sudiharto
Tempat lahir Bandung
Tanggal lahir 14 OKTOBER 1941
N I M 3424
Jenis Kelamin P
Tahun Masuk 1960
Tanggal Lulus 1 APRIL 1968
Tahun Lulus 1968
Gelar dr, SP.BS, DR
Guru Besar
Unit Kerja Bagian Ilmu Bedah FK UGM
Alamat Kantor
Telepon Kantor
Jabatan
Alamat Rumah Tegalrejo TR III/328 Yogyakarta
Telepon

sumber: web alumni FK UGM

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio
Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723
Purbohadiwidjoyo Geologiwan
Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
IPB University Punya Profesor Termuda Berusia 37 Tahun, Ini Profilnya
Haroun Tazieff, Ahli vulkanologi, dan Otoritas Tentang Bahaya Alam
Berita ini 80 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:35 WIB

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:30 WIB

Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

Minggu, 14 Mei 2023 - 14:17 WIB

Purbohadiwidjoyo Geologiwan

Minggu, 11 September 2022 - 16:13 WIB

Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Kamis, 26 Mei 2022 - 16:33 WIB

Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB