Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

- Editor

Rabu, 14 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada suatu hari pada tahun 1673 Royal Society London menerima sepu-cuk surat dari Anton van Leeuwenhoek , pengurus kotapraja Delft di Belanda. Anggota-anggota terpelajar lembaga itu merasa geli menerima surat dari sumber yang begitu. Tetapi sambil membaca surat itu perasaan geli mereka berubah menjadi keheranan. Leeuwenhoek menulis tentang dunia yang belum pemah dilihat seorang pun sebelumnya. Dunia yang dilihat hanya melalui mikroskop yang dibuatnya.

Lembaga itu memberi dorongan kepada Leeuwenhoek untuk lebih banyak menyuratinya tentang penemuan-penemuannya. Dan ini dilakukan Anton van Leeuwenhoek. Selama 50 tahun berikutnya ia terus menerus berkirim surat. Ia menceritakan tentang mentakjubkan yang dilihatnya lewat mikroskopnya.

Anton dilahirkan di Delft pada tanggal 24 Oktober 1632. Ketika ia berusia 22 tahun, ia sudah kawin dan mempunyai toko barang-barang tenunnya sendiri. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjabat pekerjaannya di kotapraja Delft. Ia mengasah lensa-lensa dan mempunyai hobby membuat mikroskop. Belakangan pekerjaan di tokonya ditinggalkannya untuk menggunakan sebagian besar dari waktunya untuk mengasah lensa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada waktu itu mikroskop dianggap orang tak lebih daripada mainan anak-anak, yang bersifat ilmiah. Jenis-jenis yang digunakan tidak begitu jelas memperlihatkan apa-apa yang ditinjau. Leeuwenhoek membuat mikroskop yang sederhana yang hanya menipunyai satu lensa. Ini jauh lebih baik daripada mikroskop dengan gabungan lensa-lensa yang digunakan dewasa itu. Salah satu yang menakjubkan mengenai lensa Leeuwenhoek ialah ukurannya — kira-kira separoh dari garistengah sebutir kacang.

Leeuwenhoek sanggup berjam-jam meneropong lewat lensa-lensa mininya itu. Ia meninjau apa saja yang dapat diletakkannya di bawah lensanya. Ditinjaunya kepala seekor lalat, sepotong kulit, sebutir air hujan, bahkan kotoran-kotoran dari giginya.

Leeuwenhoek menemukan hewan-hewan bersel satu yang sekarang kita namakan protozoa. Ia juga menemukan dan membuat gambar-gambar bakteri atau kuman, tetapi tidak dapat menjelaskan apa benda-benda itu sebenarnya.

Dewasa itu orang menyangka, bahwa bentuk-bentuk kehidupan tertentu berasal dari udara, lumpur atau barang-barang yang membusuk. Orang bahkan menyangka, bahwa kehidupan dapat timbul secara spontan – dari sesuatu yang tidak ada sama sekali.

Tetapi pada suatu hari Leeuwenhoek memeriksa air hujan yang kotor di bawah mikroskopnya. Di dalamnya ia dapat melihat, sebagaimana ditulisnya, “binatang-binatang yang malang berenang dan bermain, seribu kali lebih kecil daripada yang dapat dilihat dengan mata telanjang”. Ia keheranan. Apakah benda-benda itu datang dari langit?

Untuk mengetahuinya dikumpulkannya air hujan sedikit yang baru jatuh. Di dalamnya tidak ada “binatang-binatang” itu. Tetapi beberapa hari kemudian kelihatan beberapa. Secara logis dan benar Leeuwenhoek menarik kesimpulan, bahwa binatang-binatang itu tidak muncul begitu saja tetapi dibawa oleh abu di dalam udara. Sesudah melakukan ratusan percobaan ia menarik kesimpulan, bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang serendah-rendahnya sekalipun pasti mempunyai orang tuanya.

Suatu kali Leeuwenhoek meninjau ekor berudu lewat mikroskopnya. Ia dapat melihat aliran darah melalui pembuluh-pembuluhnya. Tetapi ia juga melihat wahana-wahana kecil yang berdinding tipis. yang menghubungkan pembuluh-pembuluh darah dengan urat nadi.

William Harvey yang telah menemukan peredaran darah kira-kira pada tahun 1616, tidak dapat melihat wahana-wahana yang halus itu karena pada zamannya tidak ada mikroskop yang baik. Ketika melukiskan wahana-wahana itu Leeuwenhoek membenarkan penemuan-penemuan sarjana Italia Marcello Malpighi, yang untuk pertama kali melihatnya lewat mikroskop.

Leeuwenhoek mencapai usia 91 tahun. Sampai akhir hayatnya ia bekerja dengan lensa-lensanya. Ia meninggal dunia di Delft pada tanggal 26 Agustus 1723.

Sumber: Dunia Ilmu, No 16

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 104 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB