Dunia Penelitian Tak Toleransi Kebohongan

- Editor

Rabu, 11 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketidakjujuran Berpotensi Merugikan Dunia Riset
Dunia penelitian tidak hanya memberikan apresiasi yang tinggi bagi inovasi sebagai buah dari kegiatan ilmiah para peneliti. Namun, tak kalah pentingnya lagi adalah bagaimana menjunjung nilai-nilai yang mendasari prestasi, yaitu kejujuran dalam proses pencapaian.

“Peneliti harus mengecamkan prinsip tidak tertulis yang selama ini berlaku dalam dunia riset, yaitu boleh salah, tetapi tidak boleh bohong,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto, Selasa.

Bambang menanggapi kasus pembohongan publik yang dilakukan oleh Dwi Hartanto, mahasiswa Program Doktor di Fakultas Elektro Universitas Teknik Delft, Belanda, terhadap prestasi akademiknya. Seperti diberitakan Kompas, Selasa (10/10), Dwi mengaku sebagai mahasiswa pascadoktoral (post-doctoral) dan asisten profesor bidang antariksa di universitas tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bambang yang juga Ketua Himpunan Peneliti Indonesia melanjutkan, kebohongan jika menyangkut manipulasi data akademik dapat dijatuhi sanksi administratif berupa pembatalan gelar akademik serta pemberhentian status mahasiswa dan beasiswa yang diterimanya. Bahkan, dalam komunitas ilmiah yang bersangkutan akan terkena sanksi sosial.

Kompas sejak pekan lalu terus berupaya menghubungi Dwi melalui berbagai saluran komunikasi, tetapi hingga Selasa malam yang bersangkutan belum juga memberikan tanggapan.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja menyatakan, pihaknya tetap mendampingi Dwi dalam upaya mediasi dengan TU Delft. “Sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk mendampingi setiap warga negara Indonesia yang kebetulan sedang tersangkut masalah administrasi dan hukum di Belanda,” ujar Wesaka.

Secara terpisah, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Delft M Shiddiq Sumitro, saat dihubungi Kompas melalui aplikasi Line, kemarin, menyesalkan dugaan pembohongan publik di bidang akademik yang dilakukan oleh Dwi. Dalam surat pernyataan sikap, PPI Delft tetap menjunjung asas praduga tak bersalah hingga ada verifikasi dari pihak TU Delft dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag.

PPI Delft bersama sejumlah perwakilan alumni juga berkoordinasi dengan KBRI di Den Haag. Koordinasi ini bertujuan memediasi Dwi dengan pihak TU Delft serta pihak-pihak terkait lainnya.

Kejujuran
Terkait dengan nilai-nilai kejujuran, Ketua Dewan Juri Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) 2017 Wahyudin Latunreng, secara terpisah, mengatakan, ketidakjujuran dalam dunia riset juga berpotensi merugikan dunia riset dalam lingkup luas.

Wahyudin yang pernah menjadi karyawan LIPI dan panitia lomba karya ilmiah remaja di lembaga riset itu menyebutkan sejumlah contoh.

Memasukkan data bohong atau palsu pada hasil penelitian, misalnya, akan menularkan kesalahan atau kegagalan bagi riset lainnya.

“Harus diingat, hasil riset seorang peneliti adakalanya dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang melakukan riset lanjutan,” kata Wahyudin.

Sementara itu, mengenai maraknya praktik plagiarisme karya ilmiah di Tanah Air, sejumlah dosen pembimbing menyatakan lebih intens memperhatikan proses penelitian dan penyusunan tugas akhir.

“Saya membebaskan mahasiswa bimbingan saya agar mandiri dalam proses penelitiannya. Namun, setiap kemajuan dalam penelitian, saya minta mereka kirimkan lewat e-mail,” ujarnya.

Hal yang sama dilakukan Chaikal Nuryakin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Ia bahkan mengecek dokumen tugas akhir mahasiswa bimbingan dengan aplikasi Turnitin untuk mendeteksi adanya plagiarisme atau tidak. “Ini berlaku di fakultas. Toleransi yang diberikan sekitar 20 persen,” ujarnya.(YUN/DNE/DD09)

Sumber: Kompas, 11 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB