Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

- Editor

Rabu, 9 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Bip”—sebuah denting pendek terselip di antara derau kasir Marsh Supermarket, Troy, Ohio, 26 Juni 1974. Gelombang laser merah menembus plastik bening sebungkus permen karet Wrigley’s Juicy Fruit. Di layar, harga muncul secepat cahaya; tangan kasir Sharon Buchanan tercekat sekejap, lalu ia tertawa kecil—seolah tahu dirinya baru menorehkan sejarah ritel modern. Detik itu, garis-garis hitam UPC (Universal Product Code) resmi menggantikan ketukan jari di tombol mesin kasir.

Garis-garis yang lahir dari pantai

Dua puluh enam tahun sebelum “bip” perdana itu, Norman Joseph Woodland—lulusan teknik berwajah tenang—berdiri di pasir pantai Miami. Ia menarik garis Morse dengan jari, lalu membentangkannya memanjang; titik menjadi garis tebal, strip menjadi garis tipis. Sahabatnya, Bernard Silver, menunggu sambil menuliskan ide: bagaimana kalau kode harga dicetak di setiap kemasan, cukup dipindai mesin Pada 20 Oktober 1949 mereka mendaftarkan paten “Classifying Apparatus and Method,” disusul persetujuan pada 7 Oktober 1952.

Prototipe pertama berbentuk “bull’s eye”—lingkaran konsentris yang bisa dibaca dari segala arah. Namun alat pemindai vakum tabungnya masih seukuran lemari es. Solusi lebih praktis baru lahir ketika insinyur IBM George Laurer menyulap pola lingkaran itu menjadi garis-garis vertikal 12 digit: UPC. Pada 3 April 1973, konsorsium ritel Amerika resmi memilih desain Laurer sebagai standar nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Simbol yang menggulir globalisasi

UPC menyeberang Atlantik pada 1977; Eropa mengadopsinya dengan nama EAN dan mendirikan lembaga penomoran global GS1. Enam dekade sesudah paten Woodland, GS1 menabuh gong baru: Sunrise 2027—tenggat bagi semua kasir dunia agar siap membaca 2D barcode (misalnya QR Code atau DataMatrix) selain linear klasik. Satu kode, ribuan bit informasi: asal bahan, tanggal kedaluwarsa, jejak karbon.

Melompat ke dimensi kedua: QR Code

Musim semi 1994 di pabrik Denso, Prefektur Aichi, Jepang. Masahiro Hara frustrasi menghitung onderdil mobil yang berseliweran di lini perakitan. Ia ingin kode yang “tak cerewet sudut pemindaian” dan “muat lebih banyak data.” Hasil renungannya adalah QR Code—pola kotak dengan tiga mata penjuru, dapat dibaca 360 derajat dan menampung hingga 7.000 digit angka.

Teknologi di Balik Garis & Kotak

Generasi Simbologi Karakteristik kunci Contoh pemakaian
1D (linear) UPC- A, Code-39, Code 128 Hanya deretan garis, daya tampung data < 30 karakter Belanja ritel, kartu anggota perpustakaan
Stacked PDF417 Baris bertumpuk, mampu ratusan byte Boarding pass, KTP elektronik
2D (Matrix) QR Code, DataMatrix Pola kotak; ribuan karakter; koreksi kesalahan Reed?Solomon Pembayaran seluler, pelacakan obat, manufaktur
Warna/Tersembunyi HCCB, Digimarc Elemen berwarna atau “tak kasatmata” di desain kemasan Kampanye pemasaran, daur ulang

Butuh satu dekade sebelum kamera ponsel menemui internet; kemudian QR Code berbiak bak jamur: tiket konser, logistik, menu pandemi, sampai penelusuran kontak Covid-19. Di Jakarta, stiker kotak-kotak itu menempel di gerobak kopi pinggir jalan—lengkap dengan logo QRIS.

QRIS: keris digital di saku warung

Tepat 17 Agustus 2019, di halaman kantor Bank Indonesia, Gubernur Perry Warjiyo mengibarkan “keris” baru bernama QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Misinya sederhana: satu kode untuk semua dompet digital, agar pedagang tak perlu menempel stiker GoPay, OVO, Dana, LinkAja berjejer.

Empat tahun berselang, Oktober 2023, jumlah merchant QRIS meledak menjadi 29,6 juta—92 persen di antaranya UMKM. Nilai transaksi tahunan menembus Rp 42 triliun pada 2024, didorong adopsi pedagang pasar, tukang parkir, hingga pengamen trotoar.

Bank Indonesia tak berhenti di kamera. Maret 2025, mereka memperkenalkan QRIS Tap, pembayaran NFC yang memangkas proses menjadi 0,3 detik—cukup dekatkan ponsel ke terminal, tanpa membuka aplikasi. Inisiatif lintas negara pun bergulir: wisatawan Malaysia dan Thailand kini bisa men-scan atau men-tap satu kode untuk membayar di Kuta atau Phuket, dibantu konversi kurs otomatis.

Di luar ritel & warung: perjalanan lintang kode

  1. Perpustakaan
    Sunyi ruang baca pecah oleh bip mesin self checkout. Buku berlabel Code 39—format yang gampang dicetak printer kantor—meluncur ke tangan mahasiswa, tanpa antrean panjang.

  2. Farmasi & Keamanan Obat
    Undang-undang Drug Supply Chain Security Act di AS mewajibkan produsen mencetak GS1 DataMatrix berisi GTIN, nomor seri, lot, dan kedaluwarsa pada setiap unit obat mulai 2018; dispensers hanya boleh menerima produk bersimbol 2D tersebut per 2020.
  3. Manufaktur & IoT
    Sensor suhu rantai dingin menanam DataMatrix di palet beku untuk memastikan vaksin tak melewati ambang 8°C; robot picker Amazon pun memindai label laser untuk menemukan satu botol shampo di gudang seluas bandara.

  4. Pemasaran & Daur Ulang
    Digimarc—“barcode tak kasatmata”—menyebar laksana watermark di seluruh permukaan kemasan. Kamera kasir atau aplikasi konsumen bisa memanggil resep koktail, video AR, bahkan sistem sortir plastik daur ulang. Walmart mulai bereksperimen agar barang apa pun terbaca tanpa mencari kotak hitam putih tradisional.

  5. Bar­code Berwarna
    Di lab Microsoft Research, segitiga biru, hijau, dan kuning tersusun rapat: High Capacity Color Barcode (HCCB). Tiap warna menyimpan bit tambahan—jalan pintas memuat trailer film HD atau game ke ponsel era 3G.

Menengok 2027: ketika garis dan kotak berbisik lebih banyak

Bayangkan Anda mengambil sebungkus granola pada 31 Desember 2027. Pemindai kasir membaca DataMatrix di pojok kemasan. Serentak, struk digital muncul di ponsel: nilai karbon, sertifikasi fair trade, tautan resep sarapan, bahkan instruksi memilah plastik sesuai aturan kota Anda. Retailer sudah mematuhi amanat Sunrise 2027—scanner scanner terkini mengerti dua bahasa: linear dan dua dimensi.

Pada saat yang sama, stiker QRIS di warung kaki lima telah berevolusi: tak hanya menerima rupiah, tapi otomatis menukar baht, ringgit, atau, siapa tahu, stablecoin terdaftar OJK. Satu ketukan di NFC menyalakan smart contract mikro kredit; pedagang mendapat bunga lebih rendah karena histori transaksi tercatat rapi.

gema “bip” yang tak usai-usai

Ketika Smithsonian menempatkan bungkus permen karet berlogo UPC di etalase sejarah, ia tak sekadar merayakan alat pembayaran cepat. Ia menandai lahirnya bahasa mesin baca—dialek garis dan kotak yang kini berbisik tentang rantai pasok, keberlanjutan, dan inklusi keuangan.

Dari pasir Miami ke lorong swalayan, dari pabrik Toyota ke gerobak soto Kudus, barcode terus mengecil di mata manusia namun membesar di alam data. Setiap “bip” mengumumkan transaksi, tetapi juga membuka pintu cerita: siapa menanam kopi, kapan vaksin tiba, berapa jejak karbon, sejauh mana UMKM mampu bersaing.

Dan hingga hari ini, saat ponsel kita mem-tap stiker QRIS di bawah lampu warung, gema denting 1974 tadi tetap bergema—menjanjikan masa depan di mana sepotong kode kecil dapat merangkum semesta informasi, lalu membaginya secepat kilat kepada siapa saja.

Anda perlu alat scanner barcode? bisa dicoba menekan link berikut:

produk 1

produk 2

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 4 Juli 2025 - 17:25 WIB

Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB