Bangunan Tahan Gempa Stagnan

- Editor

Senin, 6 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa Diduga Picu Aktivitas Vulkanik Kerinci
Hampir sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi dilanda gempa. Namun, tak ada kemajuan besar terkait konstruksi bangunan tahan gempa. Gempa selalu diikuti kerusakan, terutama bangunan rakyat. Butuh terobosan dalam penerapan standar bangunan tahan gempa.

Gempa terbaru, Kamis (2/6), di Sumatera Barat, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang, merusak 1.955 rumah warga di Sumbar dan Bengkulu. Sebanyak 80 rumah rusak berat, 443 rusak sedang, dan 1.431 rusak ringan. Beberapa orang menderita luka ringan hingga sedang.

Dari sisi kekuatan, gempa kali ini relatif kecil, yaitu M 6,5 dengan intensitas guncangan tertinggi di sekitar Painan, yaitu V-VI MMI (modified mercalli intensity) atau III dalam Skala Intensitas Guncangan-BMKG.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Menganalisis foto-foto bangunan rusak di Sumatera Barat, terlihat kebanyakan tak dibangun sesuai standar tahan gempa. Kemajuan penerapan konstruksi tahan gempa untuk bangunan masyarakat sangat lamban,” kata ahli konstruksi bangunan tahan gempa dari Universitas Islam Indonesia (UII), Sarwidi, Minggu (5/6).

Di beberapa daerah rentan dilanda gempa, konstruksi bangunannya pun banyak di bawah standar. “Apalagi, di wilayah yang lama tidak gempa. Belum tahu solusi instan mengatasi ini, tetapi jangka panjangnya memang perlu pendidikan pentingnya bangunan tahan gempa,” katanya.

Ahli gempa dan tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengusulkan pemetaan kerentanan permukiman rumah masyarakat di daerah rawan. Lalu, bangunan yang rentan diperkuat konstruksinya dengan teknologi tepat guna yang terjangkau.

Kegempaan Sumbar
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang Rahmat Triyono mengatakan, frekuensi kegempaan di Sumatera Barat sangat tinggi sehingga konstruksi bangunan tahan gempa wajib dilakukan. Lima tahun terakhir, Sumbar diguncang 1.617 gempa, yang 135 di antaranya berkekuatan di atas M 5 dan beberapa di antaranya termasuk merusak.

“Tingginya kegempaan itu karena wilayah ini memiliki tiga sumber gempa,” kata Rahmat.

1a945720d31d494e9b7435c9f4a7edd8Sumber gempa pertama dari pertemuan antarlempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia berjarak 250 kilometer dari garis pantai barat Sumatera. Sumber kedua, di daerah sesar Mentawai berjarak 120 km dari garis pantai Sumbar, dan sumber ketiga Sesar Sumatera, memanjang dari Lampung sampai Aceh. Sesar itu melewati beberapa kabupaten di Sumbar: Kabupaten Solok Selatan, Solok, Tanah Datar, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Agam, dan Pasaman.

Aktivitas Kerinci
Selain memicu kerusakan ribuan rumah, gempa pekan lalu juga diduga memicu erupsi Gunung Kerinci di Jambi. Menurut ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, riset terbaru menunjukkan aktivitas kegempaan terkait aktivitas vulkanik. “Saya duga, meningkatnya aktivitas Gunung Kerinci terkait erat dengan gempa 2 Juni lalu,” ujarnya.

Irwan mencatat kenaikan aktivitas gunung api di Sumatera seusai gempa 2004, 2005, dan 2007, di antaranya Gunung Seulawah (Aceh), Gunung Talang (Sumatera Barat), dan Gunung Marapi (Sumatera Barat). Ada dua jenis picuan peningkatan aktivitas vulkanik akibat gempa, yaitu dinamis dan statis.

“Picuan dinamis disebabkan lepasnya gelombang gempa dan kemudian mengguncang kantong magma. Efeknya lebih cepat, seperti di Kerinci. Selain itu, ada juga yang bersifat statis, yaitu tertekannya kantong magma secara perlahan, tetapi menerus. Responsnya lebih lama,” katanya.

Meski demikian, menurut Kepala Bidang Pemantauan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Gede Suantika, pengaruh guncangan gempa Sumbar belum bisa dipastikan pemicu erupsi Gunung Kerinci. Aktivitas Kerinci sudah naik sejak 2007.

“Erupsi kemarin masih sama tipenya dengan sebelumnya. Kalaupun gempa ini memengaruhi kegiatan vulkanik Kerinci, kemungkinan baru akan dirasakan pengaruhnya pada letusan yang akan datang,” ujarnya. (AIK)
————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2016, di halaman 13 dengan judul “Bangunan Tahan Gempa Stagnan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB