Tujuh dari 34 karya ilmiah remaja finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat SMP Ke-9 berpotensi diajukan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Karya mereka masuk kategori paten sederhana.
Karya ilmiah itu antara lain kacamata terapi influenza (Teraflu), sepatu anti basah, aplikasi mobile pemesanan dan informasi angkutan umum, pintu otomatis kondisi darurat di kamar mandi, helm pendeteksi jarak kendaraan, alat pemurnian air laut sederhana, dan paving block plastik.
”Beberapa merupakan karya orisinal,” kata M Zaenuddin, peninjau dari Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM, pada pameran karya finalis LPIR IX bidang teknologi di Serpong, Banten, Minggu (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seleksi finalis bidang IPA, IPS, dan Teknologi dilaksanakan tiga hari oleh dewan juri yang dipimpin Wahyuddin Latunreng. Pengumuman juara ketiga kategori dilaksanakan kemarin.
Sebagian rancang bangun alat-alat yang dipamerkan tergolong ide baru. Tidak ditemukan dalam daftar paten yang telah dipublikasi, baik di Ditjen HKI maupun di dunia. Adapun rancangan sebagian merupakan hasil modifikasi dari karya sebelumnya, seperti alat pemurnian air laut.
Menurut Wahyuddin, dari sekian banyak karya pada tahap final itu, sebenarnya banyak yang tergolong canggih. Namun, yang dicari karya asli siswa. ”Saat penjurian akan terlihat mana ide dan karya rancang bangun asli buatan siswa, mana yang bukan.”
Berdasar naskah yang diajukan pada LPIR Ke-9 tahun ini untuk bidang IPA dan Teknologi, menurut Mahruzar, peninjau dari Ditjen HKI, mengalami penurunan. Dari karya yang masuk, kemungkinan hanya dua yang dapat diajukan untuk memperoleh perlindungan HKI. Karya tentang desalinasi air laut, misalnya, harus ditelaah lagi kebaruan teknik yang digunakan.
Dua tahun lalu, ada sekitar 30 karya yang mendapat paten. Karya siswa yang terpilih itu mendapat bantuan Rp 50 juta untuk memperoleh perlindungan paten. Pembinaan paten sejak tahun 2012 tersebut, antara lain, berlanjut hingga ke tahap komersial. (YUN)
Sumber: Kompas, 14 Oktober 2014