Penelitian Ilmiah; Karya Sejumlah Peserta Berpotensi Paten

- Editor

Jumat, 30 September 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah usia belia, 13-15 tahun, para peserta Lomba Penelitian Siswa Nasional atau LPSN 2016 mampu menciptakan karya ilmiah berpotensi paten. Mereka masih berada di jenjang SMP.

”Potensinya ada,” kata Ketua Dewan Juri LPSN 2016 Wahyuddin Latunreng di sela pengumuman pemenang kompetisi itu di Jakarta,Rabu (28/9). Ada 34 finalis untuk setiap bidang (IPA, IPS, dan teknologi) yang dipilih 21 besar oIeh juri.

Mereka terpilih, dari total 850 kelompok siswa SMP di 30 provinsi yang mengirim naskah lomba. Berdasarkan peringkat diberikan 5 medali emas, 7 medali perak, dan 9 medali perunggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

screenshot_150-comDari LPSN –yang sebelumnya bernama Lomba Penelitian Ilmiah Remaja-untuk bidang teknologi terpilih Yulia Dwi Kustari dan Muftihah Rahmawati dari SMP Negeri 2 Bambanglipura, Bantul, Yogyakarta, yang meraih peringkat tertinggi. Mereka merancang kacamata bersensor Abaca (alat bantu ideal membaca).

Salah satu juri, M Zainuddin dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, mengatakan, karya mereka dapat diajukan untuk memperoleh paten, terutama sistem sensornya. Sistem itu harus dikembangkan agar menjadi unit terpisah sehingga dapat dilepas dan ditempelkan pada beragam jenis kacamata.

Sensor dilengkapi lampu sorot mini itu, menurut Fahmi Amhar, juri bidang teknologi, dipasang di bagian tengah kacamata. Alat itu terdiri dari sensor ultrasonik pendeteksi jarak baca, giroskop, pendeteksi posisi baca, dan sensor pendeteksi cahaya.

Jika cahaya di ruangan redup, lampu pada bagian atas kacamata menyala. ”Karena itu, kacamata Abaca sesuai dan nyaman digunakan mencegah pengguna dalam posisi dan kondisi tidak ideal saat membaca,” kata Fahmi.

Sementara itu, siswa SMPN 1 Yogyakarta, Laksita Kirana Candraditya A dan Addien Mutiara Agma, meraih peringkat pertama LPSN bidang IPA. Mereka membuat ”obat merah ” dan perban plester untuk mengobati luka gores pada kulit yang dinamai Tekine dan Tekiplast.

Beda dengan yang ada di pasaran, menurut Tirto Prakoso, juri LPSN bidang IPA, cairan pengobat luka itu terbuat dari ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L). Rumput yang selama ini dianggap sebagai gulma itu berpotensi menjadi bahan baku alternatif obat itu.

Untuk peringkat pertama bidang IPS terpilih Najwa Haifa Hedar, Sarah, dan Maulida Marisa Qonita dari SMP Internat Al Kausar Sukabumi. Karya mereka tentang materi permainan Bule Gembel (buku ular edukasi dan gim materi belajar) untuk mendorong siswa SD Gemar Menabung. Permainan mirip Monopoli itu berisi pesan mengelola keuangan cermat dan hemat.

LPSN ke-13 ini hampir, tidak terselenggara akibat pemotongan anggaran. Saat ini masih dibahas kemungkinan kerja sama dengan pihak swasta. (YUN)

Sumber: Kompas, 30 September 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB