Mitigasi Bencana; Alat Pemantau Gunung Api Diremajakan

- Editor

Rabu, 10 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memperbaiki antisipasi bencana, pemerintah segera meremajakan alat-alat pemantau gunung api di sekitar 70 gunung api. Untuk program yang ditargetkan selesai 2014 itu, pemerintah bekerja sama dengan Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat.

”Alat-alat pemantau gunung api di Indonesia sudah sangat tua. Peremajaan itu ditargetkan selesai tahun ini,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono seusai pembukaan konferensi internasional Cities on Volcanoes 8 di Yogyakarta, Selasa (9/9).

Menurut Surono, sebagian besar alat pemantau gunung api di Indonesia buatan 1982. Peremajaan mendesak dilakukan agar upaya pemantauan aktivitas gunung api bisa efektif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Indonesia ini banyak gunung api aktif dan di sekitarnya ada permukiman penduduk. Jika alat pantaunya tak diremajakan, bagaimana mungkin mitigasi bencana efektif?” ujar Surono.

Supaya program peremajaan lebih hemat, Badan Geologi bekerja sama dengan Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat
(USGS). Nota kesepahaman kerja sama itu ditandatangani Surono dan perwakilan USGS, kemarin.

”Kerja sama ini berupa transfer ilmu. Jadi, nanti akan ada staf kami yang belajar di USGS tentang cara merakit alat pemantauan gunung api sehingga kita bisa merakit sendiri alat pantau berstandar internasional,” tuturnya.

Pengaruh global
Terkait acara Cities on Volcanoes, Surono memaparkan, pertemuan internasional itu penting untuk membuka kemungkinan kerja sama dengan negara lain. Kerja sama internasional penting karena erupsi gunung api bisa berdampak global.

”Pengaruh erupsi gunung api bisa saja sampai ke sejumlah negara di suatu kawasan, tetapi juga bisa berpengaruh global,” ujarnya. Misalnya letusan Gunung Eyjafjallajokull di Islandia pada 2010 yang membuat 100.000 penerbangan di sejumlah bandara di Eropa dibatalkan. Total kerugian 200 juta dollar AS.

MEMASANG ALAT.2Cities on Volcanoes merupakan pertemuan yang diselenggarakan International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior (IAVCEI). Tahun ini, konferensi dua tahunan itu bertema ”Living in Harmony with Volcano: Bridging The Will of Nature to Society” dan diselenggarakan 9-13 September di Yogyakarta.

Presiden IAVCEI Raymond Cas mengatakan, fokus pertemuan kali ini membahas antisipasi dampak erupsi gunung api terhadap masyarakat sekitar dengan cara mengidentifikasi bahaya letusan dan menyiapkan mitigasi bencana oleh warga. (HRS)

Sumber: Kompas, 10 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB