Musim Semi Datang, Harapan Baru Tiba

- Editor

Sabtu, 21 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Matahari pada Jumat (20/3/2020), pukul 10.49 WIB, tepat berada di atas khatulistiwa. Bagi bangsa di belahan Bumi utara, ini menandai datangnya musim semi. Momen ini beri harapan, semoga wabah Covid-19 segera teratasi.

KOMPAS/KOMPAS –Gerak semu Matahari

Matahari pada Jumat (20/3/2020) pukul 10.49 WIB tepat berada di atas khatulistiwa. Akibatnya, saat tengah hari, benda-benda yang ada di sepanjang ekuator akan ‘kehilangan’ bayang-bayangnya karena bayangan benda jatuh tegak lurus dibawah benda hingga seolah-olah hilang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa kota di Indonesia yang terletak di khatulistiwa itu, antara lain Bonjol di Pasaman (Sumatera Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), Parigi Moutong (Sulawesi Tengah) dan Pulau Kayoa (Maluku Utara). Hilangnya bayang-bayang itu hanya terjadi saat Matahari di atas kepala atau tengah hari saja, tidak sepanjang hari.

Setahun, Matahari dua kali tepat berada di atas khatulistiwa, yaitu antara 19-21 Maret yang disebut vernal equinox atau titik balik musim semi dan 22-24 September yang dinamakan autumnal equinox atau titik balik musim gugur.

Saat Matahari di atas khatulistiwa Bumi, berarti dia juga khatulistiwa langit. “Tiap Matahari di khatulistiwa langit, panjang siang dan malam sama 12 jam, kecuali di sekitar kutub Bumi,” kata Dosen Astronomi dan Astrofisika, Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Judhistira Aria Utama.

Posisi Matahari di verbal equinox itu juga dijadikan patokan penghitungan siklus tahun tropis. Satu tahun tropis adalah selang waktu yang diperlukan Matahari untuk kembali berada di arah titik Aries dua kali berturutan. Titik Aries itulah yang menjadi acuan posisi Matahari saat vernal equinox.

KOMPAS/HEAVENS-ABOVE.COM–Posisi Matahari di rasi Pisces yang menjadi acuan arah titik Aries. Titik Aries adalah titik acuan pengukuran bujur langit.

Titik Aries adalah titik yang menjadi acuan bagi pengukuran bujur langit dalam sistem koordinat ekuatorial. Titik Aries itu menjadi titik nol bagi bujur langit, sama seperti khatulistiwa langit menjadi acuan titik nol bagi pengukuran lintang langit. Saat ini, titik Aries itu berada di arah rasi Pisces.

Selang waktu dari Matahari berada di arah rasi Pisces hingga kembali ke arah yang sama itulah yang disebut satu tahun tropis. Panjang rata-rata satu tahun tropis adalah 365 hari 5 jam 48 menit 45 detik. Setiap tahun, panjang tahun tropis bervariasi dalam hitungan menit.

Komunikator astronomi dan pengelola situs langitselatan.com, Avivah Yamani menambahkan titik balik musim semi itu digapai saat Matahari bergerak dari belahan Bumi selatan ke belahan Bumi utara. “Itu menandai tibanya musim semi di belahan Bumi utara,” ujarnya.

Sementara titik balik musim gugur dicapai saat Matahari bergerak di arah sebaliknya, dari belahan Bumi utara ke selatan. Gerak semu dan posisi Matahari di atas khatulistiwa itu adalah konsekuensi dari sumbu rotasi Bumi yang miring 23,5 derajat terhadap bidang edar Bumi mengelilingi Matahari.

Bagi banyak bangsa di belahan Bumi utara, titik balik musim semi jadi momen penting yang menandai akhir musim dingin yang beku dan datangnya kehangatan musim semi sebelum datangnya musim panas. Salah satu perayaan vernal equinox yang terkenal adalah ritual pengorbanan bangsa Maya di kompleks piramida yang ada di Chichen Itza, Meksiko.

Bangsa-bangsa Nusantara yang ada di daerah tropis tidak memiliki ritual terkait vernal equinox karena perbedaan suhu yang mereka rasakan akibat pergerakan Matahari itu tidak terlalu drastis.

Titik balik musim semi juga dijadikan patokan penyusunan kalender dan penentuan hari-hari penting dalam kalender masehi, seperti hari raya Paskah. Paskah akan selalu jatuh pada Minggu pertama setelah Bulan purnama pertama setelah Matahari melintasi titik musim semi.

Di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, datangnya musim semi di belahan utara itu juga jadi harapan akan segera tertanganinya wabah yang terjadi. Manusia pun bisa kembali hidup seimbang dengan alam sekitarnya, seperti vernal equinox yang menjaga keseimbangan antara belahan Bumi utara dan Bumi selatan.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 21 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 40 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB