Saat Ini Kesempatan Meluruskan Arah Kiblat

- Editor

Senin, 15 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gerak semu Matahari membuat Matahari akan tepat ada di atas Mekkah, yaitu sore ini 16 Juli tengah dan 28 Mei. Inilah waktu terbaik menyempurnakan arah kiblat dengan mudah tapi akurat.

Matahari akan tepat berada di atas Kakbah di Mekkah, Arab Saudi pada Kamis, 15 Juli 2021 pukul 12.27 waktu setempat atau pukul 16.27 WIB atau 17.27 Wita. Ini adalah saat yang tepat dan mudah bagi umat Islam yang tinggal di wilayah yang masih mengalami terang hari untuk meluruskan arah kiblat.

Fenomena alam tahunan ini menjadi penting maknanya selama masa pandemi pada dua tahun terakhir. Pembatasan ibadah di masjid dan mushala demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 membuat banyak aktivitas ibadah dilakukan dari rumah saja. Situasi itu membuat menentukan arah kiblat yang tepat di rumah menjadi penting karena kesempurnaan arah kiblat menjadi salah satu syarat sahnya shalat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selama ini, umat Islam di Indonesia menyederhanakan penentuan arah kiblat dengan menghadap arah barat. Padahal, arah kiblat untuk Indonesia adalah di antara arah barat dan utara atau barat-laut. Kemiringan arah barat-lautnya bergantung pada posisi masing-masing daerah tersebut.

Saat Matahari tepat di atas Kakbah atau di atas kepala (meridian) orang yang ada di Mekkah, maka bayangan Kakbah akan tepat berada di bawah Kakbah. Namun bayangan benda lain selain Kakbah di muka Bumi yang masih mengalami hari terang atau masih bisa melihat Matahari akan mengarah ke Kakbah. Karena itu, hari ini disebut sebagai rashd al-qibla atau rashdul kiblat alias hari meluruskan arah kiblat.

“Ini adalah cara sederhana meluruskan arah kiblat, tetapi akurasinya sangat tinggi,” kata Wakil Ketua Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Hendro Setyanto, Kamis (15/7/2021).

Dalam setahun, Matahari akan tepat berada di atas Kakbah sebanyak dua kali, yaitu pada 27-28 Mei pukul 12.18 waktu setempat atau pukul 16.18 WIB dan 15-16 Juli pukul 12.27 waktu setempat atau 16.27 WIB. Matahari di atas Kakbah pada 27 Mei dan 15 Juli akan terjadi pada tahun masehi yang basit atau pendek, yaitu panjangnya 365 hari. Sedangkan untuk 28 Mei dan 16 Juli terjadi pada tahun masehi kabisat yang bulan Februarinya ada 29 hari.

“Tahun ini, Matahari di atas Kakbah pada 15 Juli 2021,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin.

KOMPAS/KOMPAS—-Menentukan arah kiblat dengan menggunakan posisi Matahari saat tepat berada di atas Kakbah atau di atas Mekkah, Arab Saudi serta saat Matahari di atas kepala di wilayah antipoda Mekkah, yaitu di perairan Polinesia Perancis.

Meski demikian, lanjut Thomas, metode ini tetap bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat pada kurang lebih dua hari sebelum dan sesudah hari Matahari di atas Kakbah dan pada waktu kurang lebih lima menit sebelum dan sesudah Matahari di atas Kakbah.

Dengan demikian, meski saat ini Matahari akan ada di atas Kakbah pada 15 Juli 2021 pukul 16.27 WIB, namun pengamatan dapat dilakukan antara 13-17 Juli 2021. Sedangkan waktu pengamatannya dapat dilakukan antara pukul 16.22-16.32 WIB atau 17.22-17.32 Wita. Pengamatan bayangan benda dalam rentang hari dan waktu tersebut tidak akan memberikan hasil yang berbeda jauh.

Namun jika diamati di luar rentang waktu tersebut, seperti diungkapkan Ketua Lembaga Rukyatul Hilal Indonesia Mutoha Arkanuddin di Kompas, 26 Mei 2018, maka akan menghasilkan perbedaan yang signifikan. ”Jika diamati dari Indonesia, beda 1 derajat saja membuat posisi kiblat bergeser 140 kilometer ke utara atau selatan dari arah Mekkah,” kata Mutoha.

Gerak semu Matahari
Penentuan arah kiblat dengan menggunakan momentum Matahari di atas Kakbah itu dilakukan berdasar pengetahuan tentang gerak semu Matahari. Disebut gerak semu karena sejatinya yang bergerak bukanlah Matahari. Gerak semu Matahari itu terjadi akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,5 derajat saat mengelilingi Matahari.

Akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi itu, Matahari seolah bergerak bolak-balik di antara 23,5 derajat lintang utara hingga 23,5 derajat lintang selatan. Sementara Kakbah di Mekkah terletak pada 21,4 derajat lintang utara.

Saat Matahari di atas Kakbah pada 27-28 Mei itu, Matahari sedang bergerak dari belahan Bumi selatan menuju belahan Bumi utara. Sebaliknya, Matahari bergerak dari bagian utara Bumi ke selatan Bumi pada saat Matahari di atas Kakbah pada 15-16 Juli.

Gerak semu Matahari ini pula yang membuat seolah-olah Matahari pada waktu-waktu tertentu terbit tidak tepat di arah timur, tetapi agak sedikit ke utara atau sedikit ke selatan. Hal biasa ini beberapa waktu lalu menghebohkan media sosial karena dianggap Matahari terbit dari utara. Padahal, Matahari tidak pernah terbit di utara tetapi agak ke utara alias timur-laut.

Selain itu, fenomena Matahari di atas Kakbah ini sebenarnya sama dengan peristiwa hari tanpa bayangan di Indonesa. Hari tanpa bayangan terjadi saat bayang-bayang benda tepat berada di bawah benda tersebut ketika Matahari ada di atas kepala sehingga seolah-olah bayangan benda hilang. Waktunya di setiap daerah berbeda, tetapi yang paling terkenal adalah saat Matahari tepat di atas garis khatulistiwa, yaitu pada 20-22 Maret dan 22-23 September.

Metode menentukan arah kiblat dengan memanfaatkan momen Matahari di atas Kakbah ini dulu banyak digunakan di pesantren maupun masjid-masjid lama di Indonesia. Mereka menggunakan alat yang disebut bencet, jam Matahari, atau tongkat istiwak. Selain untuk menentukan kiblat, alat ini juga digunakan untuk menentukan waktu sholat berdasar panjang dan pendek bayangan benda.

Namun, belum diketahui secara pasti sejak kapan metode penentuan arah kiblat dengan Matahari ini digunakan. Sejumlah sumber menyebut metode ini dikenalkan oleh sejumlah astronom muslim pada abad ke-13 dan ke-14 atau di era kejayaan ilmuwan muslim. Sementara di Jawa, metode ini sudah digunakan sejak era Wali Sanga menyebarkan agama Islam di Jawa atau mulai abad ke-14.

Antipoda Mekkah
Pada saat Matahari di atas Kakbah, wilayah di permukaan Bumi yang mengalami malam hari, tidak bisa memanfaatkan metode ini. Meski demikian, penentuan kiblat dapat ditentukan dengan metode lain atau dengan bantuan peralatan tertentu yang memerlukan kompetensi khusus dalam penggunaannya.

Penentuan kiblat pada daerah yang sudah mengalami malam hari saat Matahari di atas Kakbah, seperti di wilayah Indonesia bagian timur, Amerika, atau Pasifik bisa dilakukan dengan menggunakan teknik antipoda, yaitu dua wilayah di permukaan Bumi yang posisinya saling berkebalikan atau berlawanan.

Posisi Mekkah terletak di lintang utara dan bujur timur, maka antipodanya ada di daerah lintang selatan dan bujur barat. Jika posisi astronomi Mekkah adalah 21 derajat 25 menit lintang utara dan 39 derajat 49 menit bujur timur, maka antipodanya terletak di 21 derajat 25 menit lintang selatan dan 140 derajat 10 menit bujur barat.

“Titik antipoda Mekkah ada di selatan Samudera Pasifik, di sekitar wilayah Polinesia Perancis,” kata dosen Astronomi dan Astrofisika, Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Judhistira Aria Utama seperti dikutip Kompas, 28 Mei 2019.

Matahari tepat di atas wilayah antipoda Mekkah itu juga terjadi dua kali setahun, yaitu 13 Januari pukul 12.30 waktu setempat atau 14 Januari pukul 07.30 WIT dan 28 November pukul 12.09 waktu setempat atau 29 November pukul 07.09 WIT.

Namun, arah kiblat yang ditunjukkan oleh arah bayangan saat Matahari di atas Mekkah dan di atas antipoda Mekkah saling berkebalikan. Jika menggunakan tongkat, maka arah kiblat saat Matahari di atas Kakbah adalah dari ujung bayangan ke tongkat. Sebaliknya saat Matahari di atas antipoda Mekkah, maka arah kiblat menjadi dari tongkat ke ujung bayangan. Dengan demikian, arah kiblat untuk berbagai daerah di Indonesia tetap mengarah ke arah barat-laut.

Selain metode antipoda, teknik lain yang bisa digunakan untuk menentukan kiblat adalah dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu peralatan yang sering digunakan dalam menentukan arah kiblat adalah kompas penunjuk arah. Namun, penggunaan kompas ini sangat berisiko karena mudah terpengaruh oleh medan magnet di sekitarnya.

”Jika kompas digunakan di dekat besi, di bangunan yang banyak unsur besinya, di bawah pengaruh radiasi atau tekanan listrik besar, maka arah jarum kompas akan melenceng,” kata Hendro.

Penggunaan kompas dalam menentukan arah kiblat juga menuntut adanya pengetahuan tentang posisi astronomis masing-masing tempat. Posisi ini biasanya diketahui melalui penggunaan peralatan navigasi, seperti Global Positioning System (GPS).

Selain itu, arah utara dan selatan yang ditunjukkan pada jarum kompas bukanlah arah utara dan selatan sebenarnya, tetapi arah utara dan selatan kutub magnet Bumi. Padahal kutub magnet Bumi itu sedekit bergeser dari arah kutub utara dan selatan Bumi sebenarnya.Karena itu, penggunaan kompas memerlukan sedikit koreksi untuk menentukan arah kiblat yang tepat.

Perangkat lain yang bisa digunakan untuk mengukur kiblat adalah teodolit atau alat pengukur sudut dengan memanfaatkan posisi arah teleskop. Alat lainnya adalah mizwala qibla finder yang dikembangkan Hendro dari tongkat istiwak dan kini banyak digunakan di lingkup Kementerian Agama atau perguruan tinggi Islam.

Namun, penggunaan berbagai peralatan penentu kiblat itu harus dilakukan profesional. Kondisi itu berbeda dengan pemanfaatan posisi Matahari dalam penentuan kiblat yang sederhana dan mudah dilakukan siapa saja.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 15 Juli 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Berita Terbaru