Sebagai salah satu penyakit yang mematikan, penularan demam tifoid atau tifus melalui makanan patut menjadi perhatian, terutama bagi anak sekolah. Kebersihan makanan menjadi syarat mutlak agar penularan demam tifoid melalui makanan tidak terjadi, mulai dari pemilihan bahan makanan hingga cara penyajian.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Syamsuridjal Djauzi mengatakan, angka kematian akibat demam tifoid pada pasien dirawat di Indonesia berkisar 5-10 persen. Penyebabnya, sebagian besar karena terlambat diagnosis atau terjadi komplikasi. ”Komplikasi misalnya terjadi pendarahan sehingga pengobatan sulit dilakukan,” katanya saat ditemui pada lokakarya Building and Managing Healthy Workforce Collaboration di Jakarta, Sabtu (31/8/2019).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA –Anak-anak bermain di sekitar air yang menggenangi halaman sekolah mereka di Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (6/12/2012). Sisa genangan air banjir yang kotor juga menjadi ancaman bagi kesehatan bagi anak-anak, seperti disentri, kolera, dan tifus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella typhi yang masuk melalui usus. Gejalanya antara lain demam tinggi, diare, dan sembelit. Makanan dan minuman yang tidak higienis menjadi salah satu pintu masuk bakteri Salmonella typhi tersebut.
Menurut Syamsu, penularan demam tifoid erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat. Selama ini masyarakat cenderung memilih makanan yang enak ketimbang yang sehat. Mereka tidak peduli apakah alat makan yang digunakan hanya dicuci menggunakan seember air dari pagi hingga siang hari.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Syamsuridjal Djauzi.
Bakteri juga bisa menempel langsung pada makanan yang disentuh oleh carrier atau orang yang membawa bakteri. Secara fisik, carrier adalah orang yang bugar. Mereka dulunya adalah penderita demam tifoid yang pengobatannya tidak tuntas sehingga masih ada bakteri yang bersarang di tubuhnya.
”Biasanya Salmonella typhi pada carrier menempel pada kantong empedu atau organ lain sehingga perlu dimatikan lewat antibiotik khusus,” ujarnya.
Menurut Syamsu, ada beberapa cara untuk memastikan makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang sehat. Makanan sehat bisa disiapkan mulai dari pemilihan bahan makanan, cara memasak, dan cara menghidangkan. Hal tersebut juga berlaku bagi makanan yang disiapkan secara mandiri. ”Sebisa mungkin makanan yang sudah siap segera disantap. Jika tidak, kuman-kumannya bisa menyebar lebih banyak,” ujarnya.
Tantangannya kini ada pada anak-anak sekolah lantaran mereka cenderung belum bisa memilah mana saja makanan yang sehat. Syamsu menyarankan kepada pihak terkait, terutama guru, memperhatikan kebersihan kantin-kantin sekolah.
Selain untuk carrier, antibiotik juga perlu diberikan kepada para penderita demam tifoid yang tengah dirawat. Masalah muncul jika penderita menjadi resisten terhadap antibiotik sehingga pengobatan lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu, penting dilakukan pengobatan secara dini.
Adapun pencegahan demam tifoid bisa dilakukan lewat pemberian vaksin tifoid. Vaksin melalui suntikan tersebut akan aktif setelah dua minggu pemakaian dan harus diulang selama tiga tahun.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Ketua Umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) Nusye E Zamsiar
Penjamah makanan
Ketua Umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) Nusye E Zamsiar menjelaskan, penularan bakteri Salmonella typhi tidak hanya bersumber dari warung makan pinggiran, akan tetapi juga dari penjamah makanan di industri atau perkantoran. Sebab, penjamah makanan tersebut bisa juga sebagai carrier.
”Bakteri tersebut dikeluarkan dari kotorannya sehingga kalau dia tidak menjaga kebersihannya juga bisa menularkan di mana pun,” ujarnya.
Dalam hal ini, Nusye menyoroti pentingnya vaksinasi tifoid bagi penjamah makanan, khususnya pada perusahaan jasa boga. Penjamah makanan bisa berupa juru masak, pramusaji, atau pekerja industri makanan. Hal itu penting dalam menjaga kesehatan konsumen sekaligus menjaga citra perusahaan.–FAJAR RAMADHAN
Editor ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 31 Agustus 2019