Sebanyak 81 tim robotik dari 34 perguruan tinggi bakal berkompetisi pada ajang Kontes Robotik Indonesia 2019 Regional 3 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Kreativitas mahasiswa dipacu menyongsong revolusi industri 4.0.
“Tujuan dari lomba ini untuk meningkatkan semangat berkompetisi, karena kompetisi adalah salah satu faktor pemicu kemajuan,” kata Ketua Pelaksana Kontes Robotik Indonesia 2019 Regional 3, Eddy Maryanto, Jumat (26/4/2019), di Auditorium Graha Widyatama Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Tim robotik dari Universitas Negeri Yogyakarta melakukan ujicoba robot penari jaipong pada Kontes Robotik Indonesia 2019 Regional 3 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (26/4/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 4 perguruan tinggi yang ikut kompetisi berasal deari wilayah Jawa bagian tengah serta Kalimantan bagian timur dan selatan. Dalam rangkaian kontes robotik mulai 25-28 April ini, terdapat 5 kategori, yaitu Kontes Robotik Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU) Indonesia, Kontes Robot Pemadam Api Indonesia, Kontes Robot Seni Tari Indonesia, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid dan Beroda.
“Robot-robot ini harus melakukan suatu tugas dalam waktu tertentu. Intinya lebih cepat, lebih baik. Robot itu kalau makin cepat melakukan suatu tugas dan sempurna, maka makin baik,” papar Eddy.
Eddy menilai, semangat generasi milenial cukup bagus dan menjadi modal dalam mengembangkan dunia robotik. Desain yang bervariasi menunjukkan peningkatan aspek kreativitas. Di masa depan, generasi muda diharapkan bisa mendesain robot industri.
Hanya saja, menurut Eddy, pengembangan robotik di Indonesia masih terkendala masalah dana. “Masalah utama adalah biaya. Pengembangan robot yang bagus bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah,” katanya.
Pada Jumat (26/4/2019) ini para peserta diberi kesempatan melakukan simulasi (running test) dan uji coba arena agar dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya.
Haritsah Mukhlis (20) dari Tim Humanoid Alfarobi Universitas Gadjah Mada mengatakan, timnya yang terdiri dari 17 orang mulai menyiapkan robot pemain sepak bola sejak Juli 2018. “Tantangannya adalah agar robot bisa berjalan secara seimbang seperti manusia,” kata Haritsah yang bercita-cita menjadi insinyur robotik.
Menurut Haritsah biaya pembuatan robot berkisar Rp 300 juta-Rp 400 juta dan didukung oleh UGM. Menurut Haritsah, pengembangan robot di Indonesia, masih terkendala minimnya suku cadang atau komponen robot yang canggih.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Peserta dari UGM sedang menguji coba robotnya dalam Kontes Robotik Indonesia 2019 Regional 3 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jumat (26/4/2019)
“Barang-barangnya sulit (dicari) dan investor robotika di sini tidak banyak. Barang-barang ini diimpor dari Korea Selatan. Misalnya aktuator penggerak sendi badan seperti pada kaki, siku, bahu harganya Rp 3 juta-Rp 4 juta. Padahal untuk satu kaki perlu enam aktuator,” papar Haritsah yang berharap pemerintah terus mendukung riset robotika Indonesia.
Peserta lain, Afif Roko Bagus Kirono (21) dari tim robotik Universitas Negeri Yogyakarta yang membuat robot penari jaipong menyampaikan, kendala pembuatan robot tari adalah penyesuaian gerakan robot dengan ketukan iringan musik. “Tadi di putaran pertama kami gagal karena jatuh, tapi setelah dicek ada masalah pada tumpuan tangan yang terlalu lama,” kata dia.
Afif mengatakan, timnya yang terdiri dari 12 orang menyiapkan robot tersebut sejak Oktober 2018. “Total biaya robot sekitar Rp 60 juta sampai Rp 70 juta,” kata Afif mahasiswa semester VI Jurusan Mekatronika, Fakultas Teknik UNY.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Aneka robot siap berkompetisi pada Kontes Robotik Indonesia 2019 Regional 3 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jumat (26/4/2019).
MEGANDIKA WICAKSONO
Editor GREGORIUS FINESSO
Sumber: Kompas, 26 April 2019