Setiap tahun, sekitar 15 persen dari 2 juta pernikahan berakhir dengan perceraian. Banyak di antara perceraian itu terjadi pada usia pernikahan kurang dari lima tahun. Tidak adanya keharmonisan jadi pemicu utama, terutama terkait buruknya komunikasi pasangan.
Untuk membantu menjaga kebahagiaan dan kelangsungan pernikahan pasangan muda itu, tim peneliti dari Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta, yang berasal dari sejumlah disiplin ilmu mengembangkan aplikasi Android. Aplikasi itu dinamai Counselove.
Di aplikasi itu, pengguna bisa menilai tingkat kepuasan pernikahan mereka. Selanjutnya, sistem kecerdasan buatan akan mengolah data yang dimasukkan pengguna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hasilnya berupa saran kepada pengguna untuk meningkatkan kepuasan pernikahan,” kata Widodo Budiharto, ahli kecerdasan buatan, yang memimpin pengembangan Counselove, di Jakarta, Kamis (23/2).
Data yang dimasukkan pengguna akan dinilai berdasarkan sembilan aspek yang memengaruhi kepuasan pernikahan pasangan urban. Sembilan aspek itu diperoleh dari riset ahli psikologi hubungan romantis dan pernikahan pasangan muda Universitas Binus, Pingkan CB Rumondor, pada 2013.
Aspek yang memengaruhi kepuasan pernikahan itu adalah komunikasi, pembagian peran, kesepakatan, dan keterbukaan. Selain itu, ada aspek keintiman dengan pasangan, keintiman dalam relasi sosial, seksualitas, finansial, hingga spiritualitas.
“Kepuasan pernikahan itu akan menentukan apakah perkawinan yang dijalani bertahan atau justru berakhir dengan perceraian,” kata Pingkan. Apalagi, studi John M Gottman (2002) menunjukkan pasangan yang tidak terpuaskan dalam pernikahannya memiliki peluang 90 persen bercerai dalam empat tahun ke depan setelah ketidakpuasan itu muncul.
Sejumlah tugas
Untuk memperbaiki kepuasan pernikahannya, Counselove memberikan sejumlah tugas yang harus dikerjakan pengguna. Setiap kegiatan yang dilakukan pengguna terhadap pasangannya, baik yang positif maupun negatif, akan dinilai. Menurut Gottman (1999), setiap satu tindakan negatif butuh lima tindakan positif untuk membuat pernikahan stabil.
Ahli rekayasa peranti lunak Universitas Binus, Meliana, menambahkan, tugas itu menjadi semacam paksaan bagi pengguna untuk memperbaiki pernikahan. Makin tinggi nilai yang dikumpulkan pengguna menunjukkan kian besarnya usaha yang dilakukan.
“Upaya ini jauh lebih mudah dilakukan daripada pengguna meminta bantuan kepada psikolog atau konselor pernikahan,” ujarnya. Meski demikian, permintaan bantuan untuk menyelamatkan pernikahan itu tak bisa dihindarkan jika kondisi pernikahan sudah amat buruk.
Keunggulan Counselove dibandingkan ratusan aplikasi tentang cinta yang ada di Play Store lainnya adalah basis riset yang digunakan untuk mengembangkannya. Selain itu, aplikasi yang saat ini hanya tersedia di sistem operasi Android itu diklaim sebagai aplikasi tentang penilaian kepuasan pernikahan pertama berbahasa Indonesia.
Pengembangan aplikasi itu didanai dari hibah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2015-2016. Selain aplikasi, riset itu menghasilkan sejumlah publikasi internasional dan saat ini dalam proses pengurusan hak kekayaan intelektualnya. (MZW)
———-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Februari 2017, di halaman 14 dengan judul “Kelanggengan Pernikahan di Ujung Jari”.