Perkuat Riset dan Kawal Penjaminan Mutu

- Editor

Jumat, 20 Januari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Eksistensi pendidikan pascasarjana, dari magister hingga doktor, dan doktor terapan, hendaknya tidak dimaknai sekadar proses perkuliahan. Lulusannya diharapkan mumpuni dalam riset di bidangnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ataupun memberi solusi bagi permasalahan bangsa. Karena itu, perlu terus penguatan riset dan upaya mengawal penjaminan mutu.

Hal itu dikemukakan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Hendra Gunawan yang dihubungi dari Jakarta, akhir pekan lalu.

“Idealnya, kalangan pengelola perguruan tinggi sadar betul bahwa mereka merupakan institusi yang harus menjaga nilai-nilai, bukan mengakal-akali. Adanya regulasi bagi PT, terutama mengatur pascasarjana, untuk kondisi Indonesia memang masih dibutuhkan. Sebab, penjaminan mutu PT yang melaksanakan fungsinya secara benar masih perlu dikawal,” tutur Hendra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut dia, seharusnya setiap kampus punya gugus kendali mutu dan rambu-rambu. Promotor pun harus mengukur kapasitas dirinya dalam melaksanakan pembimbingan. “Program S-3 atau doktor itu harus aktif di penelitian, bukan sekadar kuliah. Lulusannya berarti sudah punya lisensi menjadi peneliti. PT memang harus paham entitasnya sebagai lembaga yang tidak main-main dalam mempersiapkan SDM bangsa,” ujar Hendra.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memberi batas waktu hingga Desember 2017 bagi PTN dan PTS untuk menetapkan standar nasional pendidikan tinggi program pascasarjana. Termasuk, ketentuan soal promotor yang dibatasi membimbing maksimal 10 mahasiswa, serta aktif meneliti dan menulis publikasi ilmiah di jurnal internasional.

Profesor tertentu diburu
Mahasiswa S-3 Universitas Negeri Jakarta, Wijaya Kusumah, mengatakan, sekarang pemilihan promotor kandidat doktor dilakukan secara terbuka, sesuai riset yang direncanakan. “Kalau dulu, katanya ada numpuk di satu profesor. Berdasarkan informasi yang beredar, ada profesor tertentu yang ‘mudah’ sehingga diburu kandidat doktor,” kata Wijaya yang berprofesi sebagai guru TIK.

Ia menambahkan, dengan sistem administrasi yang daring saat ini, termasuk juga ada buku laporan konsultasi dengan promotor, proses meraih gelar doktor tidak bisa asal-asalan.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristek dan Dikti Intan Ahmad dalam surat edaran soal implementasi SNPT pada program magister, doktor, dan doktor terapan, pada Desember 2016, menyebutkan, evaluasi lebih mendalam penerapan SNPT pada program pascasarjana difokuskan pada lima hal, yakni penerapan sistem satuan kredit semester, lama masa studi, kualifikasi pembimbing dan promotor, jumlah bimbingan atau disertasi per dosen pembimbing, serta publikasi.

Kewajiban publikasi bagi mahasiswa program magister adalah menerbitkan makalah atau karya ilmiah penelitian di jurnal ilmiah terakreditasi atau di jurnal internasional. Mahasiswa program doktor wajib menerbitkan makalah di jurnal internasional bereputasi. Adapun mahasiswa doktor terapan wajib menerbitkan makalah di jurnal nasional terakreditasi, atau diterima di jurnal nasional, atau karya yang dipresentasikan atau dipamerkan dalam forum internasional.

Surat itu disampaikan kepada pimpinan PTN, Kopertis I-XIV, dan perguruan tinggi di kementerian/lembaga lain. (ELN)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Januari 2017, di halaman 11 dengan judul “Perkuat Riset dan Kawal Penjaminan Mutu”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB