Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia ke-9 yang berlangsung di Dome, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, resmi dibuka pada Rabu (11/10) oleh Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwadi Sutanto.
Pembukaan dihadiri antara lain oleh Kepala Subdirektorat Peserta Didik Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Suharlan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Syaiful Rachman, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Fauzan.
Selain itu hadir pula ratusan finalis yang mengenakan pakaian tradisional masing-masing daerah, guru pembimbing, serta tim dewan juri yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DEFRI WERDIONO–Sejumlah juri bersiap melakukan penilaian terhadap finalis Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia ke-9 yang berlangsung di Dome Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Rabu (11/10). OPSI 2017 ini secara resmi dibuka pada Rabu pagi.
Dengan tema ”Meneliti Itu Seru”, jumlah peserta didik yang terlibat dalam OPSI 2017 sebanyak 3.197. Adapun sekolah yang terlibat sebanyak 1.729, terdiri atas SMA dan MA. Jumlah pendaftar 2.092 dengan jumlah naskah akhir yang terkumpul 1.207.
”Dari 1.207 naskah yang terkumpul sudah dilakukan review oleh dewan juri pada 13-16 September dan terpilih maju ke babak final sebanyak 90 naskah, terdiri atas 38 naskah bidang sains dan teknologi, 22 naskah bidang matematik dan rekayasa, dan 30 naskah untuk sisoal dan humaniora,” ujar Ketua Pelaksana OPSI Rizal Alfian.–DEFRI WERDIONO
Sumber: Kompas, 11 Oktober 2017
——————–
Kompetisi Ilmiah untuk Munculkan Ide Kreatif
Sebanyak 1.160 tim dari 33 provinsi mengikuti Lomba Penelitian Siswa Nasional yang dimulai Selasa (10/10) di Jakarta. Ajang kompetisi ilmiah ini diharapkan bisa mendorong para peneliti muda tersebut menemukan hal baru sebagai pemenuhan rasa keingintahuan mereka, bahkan lebih jauh dapat muncul ide kreatif untuk memecahkan masalah di sekitar mereka.
Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) yang diadakan Direktorat Pembina Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini merupakan ajang kompetisi karya ilmiah yang berbasis kegiatan penelitian siswa SMP/MTs/sederajat yang tergabung dalam Kelompok Ilmiah Remaja. Seleksi finalis lomba ilmiah ini diadakan di Hotel Sahid Jaya Jakarta hingga Kamis mendatang. Peserta lomba kali ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 848 tim.
“Lomba ini merupakan bagian dari pendidikan karakter. Penelitian yang dilakukan siswa bukan hanya mengasah semangat berinovasi dan membangun budaya iptek, melainkan juga membangun karakter yang baik, terutama kejujuran,” kata Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Supriano. Sikap jujur itu, katanya, modal utama setiap individu di masyarakat, apalagi di lingkungan ilmiah.
Di Malang, Jawa Timur, Kepala Subdirektorat Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kemdikbud, Suharlan mengatakan, Kemdikbud terus mendorong peneliti-peneliti muda untuk berkarya. Dukungan yang dilakukan antara lain memperbanyak event dengan memberikan kemudahan berupa tidak ada batasan soal tema yang hendak mereka pilih.
“Dengan demikian, atmosfer penelitian di kalangan siswa bisa tumbuh,” kata Suharlan di sela- sela persiapan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) di Dome Universitas Muhammadiyah Malang, Selasa.
OPSI akan berlangsung pada Rabu-Sabtu (11-14/10), diikuti lebih dari 90 finalis dari 32 provinsi, termasuk dari Papua dan Nusa Tenggara Timur. Karya mereka terbagi dalam tiga kategori, yakni sains dan teknologi, matematika dan rekayasa, serta ilmu sosial dan humaniora. Pemenang OPSI akan mengikuti olimpiade penelitian bertaraf internasional, Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) di Amerika Serikat tahun depan.
Dia mengatakan, hasrat para remaja untuk meneliti kian tinggi, tema penelitian juga kian variatif, bebas, dan orisinal. Aktivitas penelitian juga tidak hanya terpusat di kota-kota besar dan Pulau Jawa saja, tetapi juga menyebar ke hampir semua daerah. (YUN/WER)
Sumber: Kompas, 11 Oktober 2017