Usung Pembangunan Berbasis Ilmu Pengetahuan

- Editor

Senin, 3 September 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti Kotim Bersaing di Singapura

Hampir semua pemerintah daerah diProvinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) selalu membanggakan kekayaan sumber daya alam (SDA) sebagai potensi besar untuk kemajuan wilayah ini di masa depan. Anggapan tersebut ternyata salah besar, masih banyak potensi lain yang lebih besar yang disepelekan dan terabaikan. Parahnya, hal itu tidak pernah disadari karena pola pembangunan masih cenderung menjual kekayaan alam.

GUNAWAN, Sampit

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

BANYAK potensi yang belum termanfaatkan dengan baik itu ternyata menggelitik Didi Sundiman, Peneliti dari Universitas Darwan Ali (Unda) Sampit, untuk mencoba meneliti sejauh mana potensi yang dimiliki Kalteng secara keseluruhan sebagai modal pembangunan kedepan. Penelitian itu juga akan diikutsertakan dalam ajang Global Conference on Education, Business, Engineering and Sciences (GCEBES 2012) untuk memperebutkan beberapa penghargaan dalam Global Research Awards 2012 di Singapura.

“Penelitian saya adalah mengenai Knowledge Based Urban Development (KBUD) of Central Kalimantan (proses pembangunan dan tata kota yang berbasis pengetahuan). Jadi, itu merupakan konsep pengembangan wilayah atau kota dengan yang berbasis pada pengembangan konsep ilmu pengetahuan,” katanya.

Didi melihat, Kalteng memiliki potensi besar untuk maju dan berkembang dalam bidang pembangunan dengan menerapkan ilmu pengetahuan di dalam proses pembangunannya. Dia kemudian mencoba menginvetarisasi apa-apa saja potensi yang dimiliki Kalteng untuk memulai konsep pembangunan berbasis ilmu pengetahuan tersebut.

Dosen Unda ini menjelaskan, konsep pembangunan berbasis pengetahuan itu ingin mengkolaborasi semua potensi yang ada, mulai kesenian, budaya, kerajinan, karakterisik sumber daya manusia, geografis, sampai teknologi, untuk mengembangkan potensi industri kreatif di Kalteng. Konsep itu telah diterapkan di negara-negara maju, seperti China, Taiwan dan Australia.

Dengan semangat membara, sekitar dua bulan silam Didi kemudian memulai penelitiannya. Seorang diri dia menginventarisasi data-data potensi di Kalteng, terutama Kotim. Untuk mengembangkan penelitian, dia mengaku menjadikan sejumlah negara maju sepert China sebagai referensi.

Teknologi internet yang kian maju, memudahkannya dalam pengumpulan data referensi tersebut. Selain itu, dia juga mengaku pernah ke Taiwan dan mempelajari langsung mengenai konsep pembangunannya sambil berdiskusi dengan Presiden Taiwan pada Oktober 2011 lalu. Semua referensi itu dijadikannya senjata untuk menyempurnakan penelitian yang jarang dilakukan di Indonesia itu.

“Saya melihat Kalteng sangat strategis di Indonesia. Selama ini yang paling banyak di ekspose hanya kekayaan alam saja, padahal ada potensi lain yang bisa dimanfaatkan, salah satu contohnya para petani rotan. Mereka sekarang mengalami kesulitan karena pemerintah melarang ekspor barang mentah. Sebenarnya, secara ilmiah masalah itu bisa diselesaikan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas SDM mereka untuk mulai mengarah pada industri kreatif,” katanya.

Menurut Didi, kecenderungan konsep pembangunan di Indonesia dewasa ini, terutama di Kalteng adalah dengan menjual aset alam, misalnya memberikan izin untuk perkebunan sawit atau tambang. Hal itu berbeda dengan negeri China yang justru mempertahankan potensi tambang mereka untuk tidak digali, namun, bangsa China menanamkan pondasi dasar pembangunan pada pengembangan pengetahuan dengan mengandalkan sektor Usaha Kecil Menengah (UKM).

Lain lagi dengan Taiwan, kata Didi, negara tersebut tidak memiliki kekayaan sumber daya alam, namun, pembangunan mereka justru lebih maju karena menerapkan konsep pembangunan yang berbasis pengetahuan. Potensi-potensi yang ada dikembangkan dan dikolaborasikan sesuai kondisi daerah itu.

“China itu, sekitar tahun 1980-an tak ada apanya-apanya dibanding kita (Indonesia), tapi, dalam 30 tahun terakhir ini mereka berhasil menyalip kita berkali lipat, kemudian ada juga Australia dan Singapura yang sebelumnya tak bisa apa-apa dan masih dibawah kita, juga berhasil menyalip kita,” tuturnya.

Dari keberhasilan berbagai negara tersebut, menurut Didi yang jago bahasa China dan Inggris ini, konsep pengembangan pembangunan yang berbasis pengetahuan itu juga bisa diterapkan di Kalteng dengan terlebih dulu harus memahami karakteristik dan kondisi di wilayah ini.

“Dalam penelitian ini, saya melakukan invetarisasi bagaimana kondisi riil yang ada, kemudian bisa mengambil langkah kedepan. Dalam pengembangan penelitian awal ini, saya masih mengumpulkan referensi yang cukup kuat dan dapat banyak sekali jurnal penelitian dari contoh penerapan dan aplikasi di negara lain,” katanya.

Salah satu potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan, menurut dosen yang kini tengah menempuh pendidikan akhir di Universitas Brawijaya Malang untuk program S3 ini, adalah kekhasan batik Kalteng. Batik Kalteng memiliki ciri warna lebih cerah dibanding batik daerah lain. Keunikan dan perbedaan dari daerah lain itulah yang bisa dijual dan jadi potensi tersendiri untuk dikembangkan.

“Kalteng kekayaan budayanya tidak ada di tempat lain, misalnya batik. Batik kita spesial, batiknya cerah jika dibandingkan daerah lain, misalnya Jawa yang cenderung berwarna gelap dan itu (warna batik yang cerah) jadi salah satu keunggulan, kita tinggal publikasikan secara luas. Kemudian yang hampir tenggelam adalah kesenian daerah, di daerah lain, kesenian daerah bisa dijual ke turis. Kita juga bisa memanfaatkan seperti itu,” katanya.

Selain itu, tambahnya, proyek industri kreatif yang selama ini sering disampaikan oleh pemerintah menjadi salah satu pilihan dalam proses pembentukan masyarakat terkait dengan pembangunan berbasis pengetahuan. Semua stakeholder di Kalteng diharapkan menjadi motor penggerak dan sumber ide untuk membangun satu konsep pengembangan industri kreatif

yang benar-benar sesuai dan dapat memberikan dukungan dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berkesinambungan.

“Penting untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan komprehensif yang terbentuk antara proses penciptaan pengetahuan, lingkungan kreatif dan pembangunan perkotaan. Penciptaan pengetahuan menjadi tantangan yang paling penting untuk memahami masa depan perkotaan dan cara dimana pakta perencanaan kota yang modern harus siap menghadapi ketidakpastian yang menunggu dalam persaingan global nantinya,” katanya.

Pria kelahiran Pontianak pada 15 Januari 1981 ini menambahkan, penelitiannya masih dalam tahap penyelesaian dan akan dirampungkan dalam sebulan ini. Dia yakin penelitiannya menjadi salah satu hal yang menarik untuk diseminarkan dan dipaparkan dalam ajang yang diikutinya. Bahkan, pihak penyelenggara acara tersebut mengundang Didi untuk menjadi salah satu juri karena tertarik melihat bahan penelitian yang diajukan.

“Yang mereka (penyelenggara kegiatan) sangat tekankan salah satunya adalah original penelitian yang sangat menarik untuk diteliti. Mungkin mereka tahu banyak bahwa daerah di Indonesia menekankan pada menjual aset alam, sehingga ide mengembangkan daerah dengan konsep penelitian saya ini dari review mereka dinilai originalitasnya pantas dipublikasikan,” katanya.

Rencananya, Didi akan bertolak ke Singapura mengikuti ajang itu pada Oktober mendatang. Dia akan bersaing dengan sejumlah peneliti yang berasal dari seluruh dunia. Dia mengharapkan penelitiannya bisa bersaing dengan para peneliti dari berbagai belahan dunia dan menunjukkan bahwa Kalteng punya potensi besar yang belum termanfaatkan.

Selain sebagai bahan untuk ajang mengikuti lomba, Didi mengharapkan agar penelitiannya bisa menjadi satu kerangka pengembangan potensi daerah yang berbasis pengetahuan di Kalteng bagi pemerintah dengan mengikat dan mengkolaborasikan semua potensi itu menjadi kekuatan untuk membangun daerah yang lebih maju. Dia yakin, Kalteng akan lebih maju, bahkan melebihi Jakarta jika konsep pembangunan yang diterapkan pemerintah berbasis pada pengetahuan.

Diposting oleh : Widodo

Sumber: Radar Sampit, Senin, 23 Juli 2012 – 21:21:05 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB