Pembangunan Kawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau Science Techno Park akan mengacu Perencanaan Jangka Panjang bersifat terpadu. Itu untuk menghindari kegagalan STP masa lalu yang tidak melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat.
Hal itu ditegaskan Lukito Hasta, Direktur Science Techno Park (STP) dan Lembaga Penunjang Lain Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Jumat (7/8). Pembuatan Desain Besar STP oleh Kemristek dan Dikti pada Rapat Koordinasi Nasional Iptek, Selasa (4/8), ditekankan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.
Kemristek dan Dikti diminta membuat desain perencanaan pendirian 100 STP. “Siapa yang mengelola dan apa temanya harus sesuai potensi di daerah masing-masing,” kata Puan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menanggapi hal itu, Menristek dan Dikti M Nasir, selaku koordinator pembuatan desain STP, mengatakan dapat menyelesaikan rencana nasional itu tahun ini. Setelah itu, Kemristek dan Dikti akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga riset terkait.
“Grand design STP baru 80 persen penyusunannya. Diperkirakan selesai September,” kata Lukito. Sementara itu, Bappenas sudah menetapkan 65 STP dari Papua sampai Aceh. Kawasan itu dikelola Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemristek dan Dikti, LIPI, BPPT, serta Batan.
Pembangunan STP saat ini harus bekerja sama dengan para pihak, tak bersifat dari atas ke bawah dan menjadi kawasan eksklusif. Lukito menunjuk Agro Techno Park di Sumatera Selatan yang gagal karena tidak mengacu potensi dan SDM lokal.
Untuk itu, kementerian dan lembaga harus bekerja sama dengan pemda, universitas setempat, industri, dan sesuai potensi sumber daya alam setempat.
Adapun pemenuhan sumber daya manusia di STP, lanjut Nasir, pihaknya menggandeng perguruan tinggi dan pemerintah daerah sebagai mediator, fasilitator, dan regulator.
Puan juga menyinggung agar pendirian STP di provinsi dan kabupaten/kota dimanfaatkan untuk peningkatan daya saing nasional. Selain untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi, kehadiran STP diharapkan menjadi rekreasi edukatif.
Saat ini, selain 65 STP yang ditunjuk, kata Lukito, pihaknya menerima 35 proposal pembangunan STP dari berbagai daerah. (YUN/ELN)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Agustus 2015, di halaman 13 dengan judul “Pembangunan STP Berbasis Desain Besar”.