Tamiflu Dinilai Tidak Efektif Atasi Flu Burung

- Editor

Jumat, 11 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian tim Cochrane Collaboration di Inggris menunjukkan, Tamiflu tidak efektif mengatasi dan mencegah penularan flu burung. Obat ini tak terbukti mampu mengurangi kunjungan pasien ke rumah sakit dan meminimalkan komplikasi akibat flu burung.

Tim pimpinan Guru Besar Kedokteran Berbasis Bukti Universitas Oxford, Inggris, Carl Heneghan, menganalisis 20 uji manfaat Tamiflu (oseltamivir) produksi Roche dan 26 uji Relenza (zanamivir) buatan GlaxoSmithKline. Analisis itu dipublikasikan di Cochrane Review dan British Medical Journal.

”Manfaat obat harus lebih besar dibanding dampak buruknya. Jika tidak ada manfaat, yang menonjol dampak buruknya,” kata Heneghan, Kamis (10/4). Manfaat obat ini dinilai tidak lebih baik daripada parasetamol, obat penurun demam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dibanding plasebo (pil tanpa zat aktif), Tamiflu mempercepat penyembuhan gejala mirip flu sedikit lebih cepat, dari 7 hari jadi 6,3 hari pada orang dewasa. Efek pada anak belum dipastikan.

Tamiflu diklaim mampu mencegah komplikasi seperti pneumonia. Namun, tim Cochrane tidak melihat hal itu karena terbatasnya proses uji. Efek samping Tamiflu terabaikan, padahal obat itu bisa menyebabkan mual, sakit kepala dan persoalan psikitrik, gangguan ginjal, serta hiperglikemia (gula darah tinggi).

Banyak negara mencadangkan obat ini untuk menghadapi pandemi flu burung pada 2005 sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia. Obat ini juga disarankan pada 2009 saat flu babi mewabah.

Pencadangan didasari anggapan penggunaan Tamiflu bisa memperlambat penyebaran flu burung hingga tersedia waktu menyiapkan vaksin. Anggapan ini belum terbukti karena tidak ada cara kredibel untuk buktikan obat ini bisa cegah pandemi.

Direktur Medis Roche Inggris Daniel Thurley menilai, tim Cochrane menggunakan data statistik yang salah yang membuatnya secara sistematik meremehkan manfaat obat.

Kepala Evaluasi Obat Badan Obat Eropa Enrica Alteri menegaskan, pihaknya telah mempelajari seluruh data uji coba Tamiflu. Lembaga yang menyetujui peredaran obat di Eropa ini tidak mengkhawatirkan manfaat Tamiflu. (REUTERS/BBC/MZW)

Sumber: Kompas, 11 April 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB