Gempa Cilacap menunjukkan potensi energi subduksi yang besar di laut selatan Jawa. Titik sumber gempa, menurut pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro, tak jauh dari sumber lindu dan tsunami Pangandaran 2006, serta gempa Tasikmalaya 2009. “Di daerah tumbukan lempeng itu jelas energinya besar sekali,” kata ahli seismologi ini kemarin.
Gempa 7,1 skala Richter di kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami yang terjadi 03.16 WIB tersebut berada di 293 kilometer barat daya Cilacap dan dirasakan hingga Jakarta dan sekitarnya. Pulau Jawa merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang relatif bergerak lambat ke arah tenggara. Lempeng itu beradu dengan lempeng Hindia-Australia di selatan Pulau Jawa. Menurut buku Katalog Gempa Bumi Merusak di Indonesia yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, zona pertemuan kedua lempeng (subduksi) tersebut membentuk palung atau jurang laut sedalam 4.500-7.000 meter.
Sayangnya, ujar Sri Widiantoro, aktivitas pertemuan kedua lempeng tersebut masih sulit diukur dengan alat oleh peneliti geodesi. Sebab, di wilayah laut selatan Jawa, tidak ada pulau-pulau kecil untuk membangun stasiun pengamat kecil. “Berbeda dengan pesisir barat Sumatera yang bisa dipantau karena ada pulau-pulau kecil di depan lautnya,” kata Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gempa di laut selatan Jawa, kata Sri Widiantoro, rawan memunculkan tsunami. Syaratnya, kekuatan gempa lebih dari 6,5 magnitudo dan berkedalaman dangkal. Umumnya kurang dari 40 kilometer. ANWAR SISWADI
Sumber: Koran Tempo, 5 April 2011