Temuan badak sumatera di Kutai Barat, Kalimantan Timur, ditindaklanjuti dengan rencana pembangunan suaka menggunakan hutan lindung setempat. Pemindahan badak disegerakan karena habitatnya terus terdesak dan potensi perburuan seiring informasi temuan sejak 2013.
Pembangunan suaka atau habitat semi-insitu buatan, seperti Sumatran Rhino Sanctuary di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, itu ditargetkan selesai dibangun tahun ini. “WWF siap membangun sanctuary di Kutai. Kami akan mengajukan permohonan kepada Gubernur agar lokasi itu bisa menjadi kawasan konservasi, kalau bisa taman nasional akan sempurna pengelolaannya,” kata Tachrir Fathoni, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (10/3), di Jakarta.
Ia baru pulang dari Kutai membahas penyelamatan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Kalimantan. Rekaman video/kamera tersembunyi yang dipasang di Blok I dan III meperlihatkan 15 badak individu berbeda. Dua blok lain dari total 160.000 hektar lanskap yang ditemukan jejak badak belum disurvei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keberadaan badak sumatera di Kalimantan awalnya hanya temuan jejak oleh tim survei BKSDA Kaltim, Universitas Mulawarman, WWF Indonesia, dan Pemkab Kutai Barat. Mereka menemukan jejak kotoran dan bekas puntiran dahan, khas cara makan badak.
Berdasarkan analisis pakar, keberadaan badak sumatera di Kalimantan itu dimungkinkan karena Sabah/Sarawak di Malaysia pernah menjadi habitat 50 badak sekitar 30 tahun lalu. Kini, badak sumatera di Malaysia itu punah.
Tachrir Fathoni mengatakan, kantong habitat badak itu berada di dekat area bekas tambang PT Kelian Equatorial Minning seluas 5.900 hektar yang selesai beroperasi dan direklamasi meski masa kontrak karya sampai 2022. Lahan itu diharapkan bisa dijadikan habitat badak.
Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga mengatakan, rencana pembangunan sanctuary bagi badak sumatera di Kalimantan dalam tahap desain. “Nanti dibangun bertahap. Sedang mencari lokasi aman, kemungkinan hutan lindung yang bisa dipakai.”
Ia mengatakan, kantong populasi badak di Kalimantan ini sekarang dikelilingi perkebunan hutan tanaman industri, sawit, dan tambang. Dari rekaman video tersembunyi, kata dia, temuan badak-badak itu didominasi betina. (ICH)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Suaka Badak Kalimantan Disiapkan”.