Presiden Joko Widodo menerima laporan temuan dua spesies satwa baru dari jenis burung dan orangutan. Salah satu dari spesies baru yang dilaporkan itu mengambil nama Ibu Negara Iriana.
Spesies baru burung itu berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sedangkan spesies orangutan baru berasal dari Sumatera Utara (Sumut). Itu disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/10).
“Penemu spesies burung dari Pulau Rote ialah peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Dewi M Prawiradilaga. Kami mengusulkan namanya jadi Myzomela irianae, termasuk familyMeliphagidae sebagai burung dilindungi,” kata Siti Nurbaya seusai bertemu Presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perlindungan satwa itu mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Terkait usulan memakai nama Ibu Negara, kata Siti, Presiden mengizinkannya.
Myzomela irianae yang ditemukan Dewi berbobot 32,23 gram dengan panjang tubuh dari paruh hingga ujung ekor 118 milimeter (mm), panjang paruh 11,94 mm, dan bentangan sayap 172 mm. Burung itu memiliki warna paruh hitam, warna mata coklat gelap, kaki merah darah, pita hitam di dada, dan sayap hitam campur abu-abu gelap.
Habitat burung itu ada di semak-semak, tepi hutan, dan kebun pohon berbunga. Burung itu makan nektar di bunga pohon jati sekitar perkampungan.
Menurut Siti, temuan itu penting artinya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Burung Myzomela irianae menunjukkan Indonesia kaya keragaman fauna, terutama dari pulau terdepan bagian selatan.
Orangutan tapanuli
Siti melaporkan spesies baru orangutan tapanuli. Secara taksonomi, orangutan itu dekat jenis orangutan Kalimantan. Orangutan itu ditemukan peneliti gabungan Universitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, LIPI, University of Zurich, dan peneliti Yayasan Ekosistem Lestari.
Orangutan jenis baru itu disebut orangutan tapanuli dengan nama latin Pongo tapanuliensis. Spesies baru ini hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru, hutan dataran tinggi, di tiga kabupaten di Sumut. Populasi orangutan tapanuli diperkirakan tersisa 800 individu.
Ketua Forum Orangutan Indonesia Herry Djoko Susilo menyatakan, populasi orangutan di Indonesia menurun seiring dengan menyempitnya wilayah habitat orangutan. (Kompas, Kamis, 24 Agustus 2017) (NDY)
Sumber: Kompas, 31 Oktober 2017