Anoa di Indonesia Tersisa 5.000 Ekor

- Editor

Selasa, 16 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anoa (Bubalus Depressicornis) menghisap garam mineral di kubangan alami berair hangat di kawasan Pos Adudu, Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo,  Rabu (1/8). Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang keberadaannya kian langka karena ancaman perburuan dan terdesaknya habitat mereka.

Kompas/Iwan Setiyawan (SET)
01-08-2012

untuk Ekspedisi Cincin Api - Sulawesi

Anoa (Bubalus Depressicornis) menghisap garam mineral di kubangan alami berair hangat di kawasan Pos Adudu, Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo, Rabu (1/8). Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang keberadaannya kian langka karena ancaman perburuan dan terdesaknya habitat mereka. Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 01-08-2012 untuk Ekspedisi Cincin Api - Sulawesi

Populasi anoa di habitat alaminya di Pulau Sulawesi tersisa 5.000 ekor. Jumlah itu diperkirakan akan terus menyusut akibat rusaknya hutan di Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Manado, Sulut, Kamis (11/1), mengatakan, upaya konservasi habitat anoa dilakukan terus-menerus. Hal itu termasuk memelihara hutan di Sulawesi dari ancaman kerusakan.

”Kami terus mendorong pelestarian anoa dengan menjaga habitatnya di hutan. Anoa hanya ada di Sulawesi,” kata Siti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Siti Nurbaya bersama anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Jan Darmadi, memberi nama seekor anoa betina yang lahir pada 8 Januari lalu dengan nama Anara. Anara lahir di lokasi konservasi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado.

Turut hadir dalam acara penamaan itu Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, Bupati Minahasa Selatan Christianti Euginia Paruntu, dan Wali Kota Bitung Max Lomban. Dalam kesempatan itu, Siti juga meluncurkan nama Myzomela irianawidodoae sebagai nama spesies baru burung endemik yang ditemukan di Pulau Rote, NTT.

Anoa (Bubalus Depressicornis) menghisap garam mineral di kubangan alami berair hangat di kawasan Pos Adudu, Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo, Rabu (1/8). Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang keberadaannya kian langka karena ancaman perburuan dan terdesaknya habitat mereka.
Kompas/Iwan Setiyawan (SET)
01-08-2012
untuk Ekspedisi Cincin Api – Sulawesi

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN–Anoa (Bubalus Depressicornis) menghisap garam mineral di kubangan alami berair hangat di kawasan Pos Adudu, Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo, Rabu (1/8/2012). Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang keberadaannya kian langka karena ancaman perburuan dan terdesaknya habitat mereka.

Siti Nurbaya mengatakan, kerusakan hutan akibat alih fungsi dan perambahan tanpa pengawasan terjadi di wilayah hutan Sulteng, Gorontalo, dan Sulut. Hutan-hutan di ketiga provinsi itu merupakan habitat anoa.

Anoa merupakan hewan langka endemik Sulawesi yang saat ini masuk kategori terancam punah dalam daftar merah lembaga konservasi alam internasional IUCN. Satwa itu pun dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Bayi kedua
Bayi anoa Anara lahir di Anoa Breeding Centre (ABC) BP2LHK Manado. Anara lahir secara alami dengan berat 3,5 kilogram, panjang 60 sentimeter, dan tinggi 50 sentimeter.

Anara merupakan bayi anoa kedua yang dilahirkan di fasilitas penangkaran itu. Adapun bayi anoa pertama yang dilahirkan di ABC adalah pada 2017. Kala itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla memberinya nama Maesa.

John Tasirin, pemerhati Anoa di Manado, mengatakan, proses reproduksi anoa mencakup 9 bulan masa kehamilan. Seekor anoa betina hanya dapat melahirkan satu bayi dalam setiap reproduksi. Usia hidup anoa dapat mencapai 35 tahun.

Bantuan proses melahirkan yang dilakukan di ABC mendukung penambahan populasi anoa di Sulawesi. (ZAL)

Sumber: Kompas, 13 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 23 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB