Setelah Haerul, Sang Perakit Pesawat, Mendarat di Halim Perdanakusuma

- Editor

Senin, 20 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selain bertemu dengan KSAU Marsekal Yuyu Sutisna, montir sepeda motor perakit pesawat dari Pinrang, Sulsel, Haerul, akan diberikan pembelajaran selama di Jakarta. Salah satunya berkaitan dengan sistem navigasi.

Haerul (35) mendadak tenar di dunia maya seusai video saat menerbangkan pesawat buatannya tersebar di dunia maya. Terlebih, ia menggunakan barang bekas sebagai komponen. Tak banyak yang tahu, ia dan pesawatnya sempat menghunjam ke laut dalam sebuah uji coba.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Kepala Subdinas Penerangan Umum Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kasubdispenum Dispenau) Kolonel M Yuris (kanan) menyambut kedatangan Haerul dan rombongan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (19/1/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Minggu (19/1/2020) siang, Haerul turun dari pesawat C-130 Hercules di Pangkalan Udara Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk memenuhi undangan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna. Raut muka Haerul tampak masih tegang setelah beberapa menit menginjakkan kaki di landasan.

Tak dinyana, itu adalah kali pertama bagi si perakit pesawat menaiki pesawat ”sungguhan” pada ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut. Pria asal Kelurahan Pallameang, Kecamatan Matttiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, ini harus melawan rasa takut pada ketinggian untuk terbang ke Jakarta.

Ketakutan Haerul juga membawanya pada sebuah petaka saat melakukan uji coba pesawat yang keempat pada 1 Januari 2020. Saat itu, ia tak menyangka jika pesawatnya mampu terbang hingga ketinggian lebih dari 10 meter dari permukaan laut. Rasa panik membuatnya kehilangan kendali.

”Saya kaget, tidak tahu harus mengarahkan pesawat ke mana. Saya lihat banyak penonton di bawah, maka saya arahkan pesawat terjun ke laut,” katanya.

Akibatnya, pesawat yang dirakit selama tiga bulan rusak berat lebih dari 50 persen. Kerusakan yang dialami, antara lain, mesin kemasukan air, sayap serta bodi rusak, dan baling-baling atau propeller patah.

Diperlukan lima kali uji coba bagi pesawat karya Haerul untuk dapat terbang dengan sempurna. Setelah mulai merakit pada 20 Oktober 2019, Haerul melakukan uji coba pertama pada Desember 2019 di Pantai Ujung Tape Pallemeang.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Haerul (35), pembuat pesawat dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Saat itu, pesawatnya hanya mampu terangkat sekitar 30 sentimeter dari permukaan tanah. Selain itu, masalah keseimbangan menjadikan pesawat terbang dalam posisi miring. Meski begitu, optimisme Haerul mulai muncul saat itu.

”Dari situ saya yakin, suatu saat, pesawat saya bisa terbang karena mesin sudah mampu mengangkat bodi pesawat,” ucap pria yang mengidolakan presiden ketiga RI BJ Habibie.

Merasa membutuhkan landasan yang lebih panjang, Haerul melakukan uji coba kedua di lokasi yang berbeda. Kali ini ia memilih sebuah lapangan sepak bola Malimpung, tidak jauh dari Pantai Ujung Tape. Namun, pesawat mengalami hal yang sama.

Pada uji coba yang ketiga, Haerul memindahkan mesin pesawat dari belakang ke bagian depan bodi pesawat. Hasilnya, pesawat Haerul dapat terbang sekitar 2 meter. Naas, akibat belum terbiasa mengendalikan, Haerul menabrakkan pesawatnya pada sebuah bangunan pencegah abrasi di Pantai Ujung Tape.

Biaya pesawat
Selama tiga bulan perakitan dan dua kali kecelakaan, Haerul telah menghabiskan biaya sekitar Rp 30 juta. Biaya tersebut termasuk menggaji dua rekan yang membantunya. Biaya yang dikeluarkan relatif murah lantaran Haerul memanfaatkan beberapa barang bekas sebagai komponen pesawat.

Ia, yang sehari-hari bekerja sebagai montir di bengkel milik ayahnya, bahkan menggunakan mesin sepeda motor Kawasaki Ninja 150 cc sebagai sumber tenaga pesawat. Ia beranggapan hanya butuh mesin berkecepatan 175 kilometer per jam untuk menerbangkan sebuah pesawat.

”Pengetahuan itu saya dapat dari internet. Akhirnya, saya putuskan membeli mesin Ninja. Saya juga membuka Youtube dan menerjemahkan bahasanya dari aplikasi penerjemah,” katanya.

Sementara itu, ia menggunakan ban sepeda motor matik untuk roda depan, sedangkan ban gerobak digunakan untuk roda pesawat bagian belakang. Hal itu bukan tanpa sebab, Haerul memilih kedua roda itu karena relatif ringan.

Haerul menggunakan aluminium dan besi untuk membentuk kerangka pesawat, baik bodi maupun sayap. Bahan yang sama juga ia gunakan untuk pelapisnya. Beberapa besi dan aluminium yang ia gunakan merupakan barang yang sudah tidak terpakai.

Sementara itu, untuk baling-baling, Haerul menggunakan kayu sebagai bahan. Menurut dia, tak mudah membuat baling-baling dari kayu tersebut. Saat patah dalam insiden menghunjam ke laut, dibutuhkan lima kali bagi Haerul untuk membuat baling-baling pengganti yang sempurna.

Banyak yang tak menyangka, Haerul yang hanya berpendidikan kelas V sekolah dasar (SD) ternyata mampu membuat pesawat. Bahkan, keinginannya tersebut pernah coba ia wujudkan dengan membuat helikopter saat usianya baru 17 tahun, tepatnya pada 2002. Saat itu, ia meniru bentuk helikopter dari seorang pejabat yang datang ke daerahnya.

Mimpi yang tertunda
Sayang, upayanya tidak berbuah manis lantaran tersandung urusan biaya. Saat mewujudkan mimpinya yang tertunda tersebut pada 2019, tak sedikit yang meremehkan Haerul. Cibiran datang dari tetangga dan keluarga. Bahkan, sang istri menyarankannya membangun rumah ketimbang membuat pesawat yang belum pasti keberhasilannya.

”Apalagi, sebagai montir, pendapatan saya pas-pasan. Pendapatan kotor sekitar Rp 500.000 per hari,” ujarnya.

Haerul sukses menjawab keraguan orang-orang pada uji coba kelimanya, 15 Januari 2020. Ia dan pesawatnya sukses terbang pada ketinggian sekitar 35 meter di atas permukaan laut. Lebih kurang, ia menghabiskan waktu sekitar 5 menit mengudara. Warga pun menyambut meriah pendaratan Haerul.

Asdar, Lurah Pallameang yang turut menjadi saksi mengudaranya Haerul dan pesawatnya, mengungkapkan, saat itu penonton bersorak bak sedang merayakan kemenangan dramatis dalam sebuah pertandingan sepak bola. Satu per satu warga mendatangi dan memberi selamat kepada Haerul setelah mendarat.

Euforia warga tidak hanya berakhir di Pantai Ujung Tape. Saat pesawat dibawa kembali ke bengkel Haerul, para warga pun mengerubungi. Bahkan, selang beberapa hari setelah penerbangan tersebut, warga dan pengunjung dari daerah lain masih terus berdatangan ke bengkel.

”Keberadaan pesawat Haerul sekarang menambah daya tarik kawasan Pantai Ujung Tape yang sebelumnya sudah menjadi lokasi pariwisata di daerah kami,” kata Asdar.

Belajar navigasi
Kepala Subdinas Penerangan Umum Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kasubdispenum Dispenau) Kolonel M Yuris mengatakan, selain bertemu dengan KSAU Marsekal Yuyu Sutisna, Haerul akan diberikan pembelajaran selama di Jakarta. Salah satunya berkaitan dengan sistem navigasi.

”Kami akan berikan pengetahuan navigasi. Untuk tahapan awal ini, barangkali Haerul belum memahami tentang navigasi pesawat dan cara berkomunikasi dengan menara pengawas untuk keselamatan terbang,” katanya.

Meski Kabupaten Pinrang bukan merupakan jalur lalu lintas penerbangan jarak rendah, pengetahuan tentang navigasi tetap penting diketahui Haerul. Menurut Yuris, kemungkinan Haerul akan dibekali radio panggil handy talkie (HT) agar bisa berkomunikasi dengan petugas menara pengawas lalu lintas udara.

Haerul juga akan diajak melakukan tur di Lanud TNI AU Halim Perdanakusuma dan terbang menggunakan pesawat-pesawat TNI AU. Selain itu, ia juga akan diajak menyambangi Skuadron Teknik 021 yang menjadi tempat perawatan pesawat TNI AU. Di sana, Haerul akan melihat pembongkaran pesawat dan komponen apa saja yang ada di dalamnya.

Hal ini sesuai dengan keinginan Haerul. Setelah ini, ia berencana memuseumkan pesawat buatannya dan berencana membuat pesawat lain yang lebih mentereng. Untuk itu, ia ingin belajar menjadi perakit pesawat terbang profesional. ”Keberadaan saya di Jakarta adalah untuk mendapatkan itu,” pungkasnya.

Oleh FAJAR RAMADHAN

Editor: HAMZIRWAN HAM

Sumber: Kompas, 19 Januari 2020

 

https://youtu.be/CgLM2trggGI

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB