Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan terbuka peluang pemerintah mengkaji ulang pengadaan pesawat jet tempur ringan sekaligus untuk keperluan latih T-50i, terutama setelah kecelakaan pada Minggu kemarin di Yogyakarta.
Pernyataan itu disampaikan Ryamizard, Senin (21/12), setelah mengikuti pertemuan 2+2 Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri RI serta Australia di Sydney, Australia, yang juga diikuti wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata.
Saat ditanya lebih lanjut tentang kemungkinan bentuk evaluasinya, Ryamizard juga menyinggung kecelakaan serupa, yang terjadi pada Maret tahun ini di Langkawi, Malaysia, antardua pesawat baling-baling kursi ganda KT-1B Woongbi TNI Angkatan Udara saat tengah berlatih akrobatik udara Tim Aerobatik Jupiter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti diketahui, baik jet tempur ringan dan latih T-50i maupun KT-1B Woongbi sama-sama diproduksi dan dibeli dari Korea Selatan untuk memperkuat skuadron-skuadron tempur TNI AU. Pesawat T-50i dibeli untuk menggantikan pesawat latih jenis MK-53.
“Saya sebetulnya baru beberapa bulan dari tempat mereka (Korea Selatan). Pesawat-pesawat itu kan belum terlalu lama. Masih relatif baru. Nanti akan kami selidiki kenapa bisa kecelakaan terus. Sama kejadiannya dengan pesawat yang jatuh di Langkawi, Malaysia. Jadi, ke depan jangan terjadi lagi,” tutur Ryamizard.
Sementara dari Sleman, DI Yogyakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menyatakan, tim investigasi TNI AU masih menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat latih tempur T-50i Golden Eagle di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (20/12). TNI AU memutuskan tetap menggunakan pesawat T-50i dalam tugas.
“Sampai sekarang belum bisa ditentukan (penyebab kecelakaan). Sekarang masih dalam proses penyelidikan oleh tim yang sudah saya perintahkan,” kata Agus di Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Adisutjipto, Sleman.
Agus menjelaskan, TNI AU membentuk tim untuk menyelidiki penyebab kecelakaan. Tim dipimpin Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja. “Sementara ada tujuh orang. Nanti kami lihat lagi, apa perlu anggota tim ditambah lagi atau tidak,” ujarnya.
KSAU mengatakan, tim investigasi akan memeriksa lokasi kecelakaan dan potongan badan pesawat. Investigasi juga akan melibatkan tim pabrikan pembuat T-50i dari Korea Selatan.
“Dengan penyelidikan itu, saya yakin akan ketemu di mana masalahnya,” kata Agus. (HRS/DRA)
————————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Desember 2015, di halaman 8 dengan judul “Menhan Buka Peluang Kaji Jet Latih T-50i”.