Saat Dato’ Tahir Mengutip Nasihat ”Spiderman”

- Editor

Jumat, 9 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

”Dari anugerah yang besar, lahirlah tanggung jawab yang besar”. Kalimat yang dipopulerkan komik dan film produksi Marvel, Spiderman, itu menghiasi tayangan video pendek prinsip-prinsip hidup yang dipegang Dato’ Sri Tahir saat berlangsung sidang universitas dalam rangka Pengukuhan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Publik di Kampus Universitas Airlangga, Kamis (8/3) di Surabaya.

KOMPAS/DODY WISNU PRIBADI–Pengukuhan gelar doctor honoris causa untuk pengelola kelompok usaha Mayapada, Dato’ Sri Tahir, untuk Bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (8/3).

Sejumlah tokoh dan pejabat yang hadir antara lain Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, hingga mantan Rektor Universitas Gadjah Mada yang juga Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Acara penganugerahan gelar doktor kehormatan untuk Dato’ Tahir dipimpin langsung oleh Rektor Unair Mohammad Nasih.

Tahir dikenal sebagai pemilik kelompok bisnis Mayapada. Usahanya merentang dari bisnis perbankan hingga rumah sakit. Tahir juga dikenal berjejaring luas dengan jaringan tokoh dunia karena tindakan amalnya ke berbagai lokasi bencana, bahkan bagi pengungsi Irak dan Suriah.

KOMPAS/RIZA FATHONI–Dato’ Sri Tahir (kedua dari kanan), pemimpin Tahir Foundation, didampingi Komisaris Bank Mayapada Hendra Mulyono (kiri) menyerahkan bantuan berupa cek senilai Rp 3 miliar untuk krisis kesehatan dan kekurangan gizi di Agats, Papua, melalui Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang diterima Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo (kedua dari kiri) didampingi Ketua Yayasan DKK Rusdi Amral (kanan) di Kantor Redaksi Kompas, Jakarta, Senin (22/1).

Tahir, lahir di Surabaya tahun 1952, membawakan pidato pengukuhan dengan judul ”Menjadikan Ekonomi Indonesia Berdaya Saing Global dengan Mengelola Sumber Daya secara Berkeadilan Perspektif Resource-Based Theory”.

Tahir dalam pidato pengukuhannya banyak memuji tindakan pemerintah Presiden Joko Widodo, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur. Ia mengutip data Bappenas bahwa sistem transportasi tidak hanya sekadar sarana pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, tetapi juga merupakan fasilitas bagi sistem produksi dan investasi yang penting bagi ekonomi nasional.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Pendiri Tahir Foundation dan Mayapada Group, Dato’ Sri Tahir (tengah), menandatangani nota kesepahaman (MOU) bersama Menteri Sosial saat itu, Khofifah Indar Parawansa, di Kantor Kementerian Sosial, Kamis (22/12/2016). Tahir Foundation berkomitmen membantu proses rekonstruksi pascagempa dengan membangun gedung serbaguna di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, senilai Rp 20 miliar.

Pada 2011 hingga 2016 angka Global Competitiveness Index yang di dalamnya termasuk evaluasi terhadap unsur transportasi, angka Indonesia tumbuh dari ke-82 menjadi peringkat ke-62 pada 2015.

”Secara umum, kualitas infrastruktur transportasi Indonesia membaik. Angaran infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat dibanding 2016. Jika sebelum 2015 tidak lebih dari 10 persen anggaran negara, tahun 2016 menjadi 15,2 persen. Tahun 2017 menjadi 18,6 persen. Anggaran infrastruktur naik 3,4 persen atau rata-rata 1,56 persen per tahun,” tutur Tahir.

Padahal, jumlah kendaraan meningkat 17 persen per tahun dan pertumbuhan panjang jalan hanya 1 persen per tahun. Panjang jalan tol Indonesia hanya 994 km, tertinggal jauh dibandingkan Korea Selatan, China, dan Malaysia.

Menurut Tahir, tindakan pemerintah mendorong ekonomi dengan membangun infrastruktur transportasi merupakan tindakan tepat untuk mengatasi ketertinggalan dari negara tetangga.–DODY WISNU PRIBADI

Sumber: Kompas, 8 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB