Rp 25 Triliun untuk Restorasi Gambut

- Editor

Senin, 11 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kewenangan dan Pemimpin Badan Diputuskan Pekan Depan
Restorasi lahan gambut 2 juta hektar di Indonesia diperkirakan membutuhkan dana Rp 25 triliun dalam jangka panjang. Selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun jamak, pemerintah juga mengalkulasi bantuan dari negara kreditor dan organisasi internasional.

Wakil Presiden Jusuf Kalla saat dihubungi Minggu (10/1) di Jakarta mengatakan, pelaksanaan anggaran dan program restorasi dalam jangka panjang akan dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG), yang berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pertanian.

“Rancangan peraturan presiden (perpres) tentang BRG dan keputusan presiden (keppres) yang memimpin BRG akan kami finalisasi dan putuskan. Diharapkan minggu depan, perpres dan keppres-nya sudah ada,” ujar Wapres Kalla.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Wapres, selain komitmen dari Pemerintah Norwegia dalam program REDD+ senilai 1 miliar dollar AS, juga komitmen pendanaan internasional dari sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Akhir pekan lalu, Wapres Kalla memimpin rapat terbatas pembentukan BRG di rumah dinas di Jalan Diponegoro. Rapat dihadiri antara lain Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan.

Rapat itu rapat kedua yang dipimpin Wapres Kalla sebelum Presiden Jokowi menghadiri Pertemuan Para Pihak Ke-21 (COP) atau Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Paris, Perancis, 30 November 2015. Dalam konferensi itu, Presiden Jokowi menjanjikan terbentuknya BRG sebagai komitmen mengerem laju perubahan iklim global. Bahkan, pembentukan BRG dijanjikan dalam waktu dekat.

Menjawab Kompas terkait terbentuknya BRG dan siapa yang akan memimpin, Presiden Jokowi menjanjikan sesegera mungkin dibentuk. “Pekan depan,” tuturnya saat itu sebelum Presiden dan rombongan kembali ke Jakarta seusai KTT Perubahan Iklim. Namun, hingga awal 2016, BRG dan siapa yang memimpin belum dilakukan.

Rencana pembentukan
Saat dikonfirmasi, Menteri LHK Siti Nurbaya membenarkan rencana pembentukan BRG dan penunjukan kepala BRG, pekan depan. “Tinggal sedikit lagi yang diselesaikan dalam rancangan perpres BRG, terutama soal kewenangan merestorasi lahan gambut. Mudah-mudahan pekan depan,” ujarnya.

Selain mengoordinasi, BRG juga akan memfasilitasi restorasi gambut di Provinsi Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Papua. Fungsi BRG, selain koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi gambut, juga perencanaan, pengendalian dan kerja sama penyelenggaraan restorasi gambut, pemetaan kesatuan hidrologis gambut, serta penetapan zonasi fungsi lindung dan fungsi budidaya.

“BRG juga akan melaksanakan pembasahan (re-wetting) gambut dan segala kelengkapannya, menata ulang pengelolaan areal gambut terbakar, melaksanakan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut, supervisi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur di lahan konsesi, serta fungsi lain yang akan diberikan Presiden,” kata Siti.

Terkait pendanaan, sementara ini, pendanaan akan diambil dari alokasi dana Kementerian LHK dan negara kreditor lain, seperti AS, Norwegia, Jerman, dan Inggris. (HAR)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Rp 25 Triliun untuk Restorasi Gambut”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB