Lembaga riset kehutanan internasional, Cifor, menyiapkan peta global lahan basah. Peta itu sangat berguna bagi Indonesia sebagai acuan rehabilitasi lahan gambut yang terbakar.
Peneliti senior Cifor, Daniel Murdiyarso, Selasa (19/4), di Jakarta, mengatakan, peta menggunakan basis data 18 terabyte yang dikerjakan selama dua tahun. Peta itu menggunakan sumber citra satelit yang ditangkap sensor modis satelit Terra Aqua.
Meski tak sedetail citra satelit dari Landsat, kata Daniel, peta itu sangat cukup sebagai informasi awal. Peta lahan basah di dataran tinggi, dataran rendah (gambut), dan mangrove itu diklaim pertama kali di dunia.
“Peta ini belum pernah ada. Nanti siapa pun bisa mengunduh secara gratis,” kata Daniel yang juga pengajar di Institut Pertanian Bogor seusai Lokakarya Percepatan Aksi Restorasi Hutan dan Bentang Lahan di Indonesia yang diadakan World Resources Institute, Badan Konservasi Dunia (IUCN), Badan Restorasi Gambut (BRG), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peta bisa diunduh di laman cifor.org/swamp.
Peta disusun setelah dilakukan pemodelan menggunakan datadata informasi iklim, curah hujan, dan evaporasi. Selain itu, informasi topografi, vegetasi, dan lapisan organik juga disertakan.
Bagi Indonesia, peta itu bermanfaat untuk penyusunan tata ruang dan rehabilitasi lahan, khususnya lahan gambut. Badan Restorasi Gambut bisa memanfaatkan sebagai sumber informasi untuk menentukan teknologi atau jenis infrastruktur yang dibangun untuk pembasahan.
Deputi Kepala BRG Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Alue Dohong mengatakan, prioritas restorasi gambut di tujuh provinsi meliputi 1,9 juta hektar kawasan budidaya dan 360.000 hektar kawasan lindung. Pada kawasan lindung, gambut setempat akan dibasahi dan dikembalikan vegetasinya.
Namun, di lahan budidaya, BRG sedang menyiapkan detail restorasi. “Kubah gambut jadi prioritas blocking kanal dan metode pembasahan,” ujarnya.
BRG mendukung inisiatif global dalam Bonn Challenge yang berkomitmen merehabilitasi 150 juta lahan global yang terdegradasi pada 2020. “Yang sudah pasti komitmen itu 360.000 hektar. Lainnya masih dipetakan detail restorasinya,” kata dia. (ICH)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Cifor Siapkan Peta Global Lahan Basah”.