Home / Berita / Robotika Dukung Pertahankan Nilai Luhur Bangsa

Robotika Dukung Pertahankan Nilai Luhur Bangsa

Para mahasiswa di Indonesia, termasuk yang mempelajari bidang robotika, diharapkan terus memacu kemampuan demi bersaing dan bersanding dengan negara-negara lain. Namun, di tengah upaya itu, nilai-nilai luhur kebudayaan dan kemanusiaan perlu dipertahankan.

Direktur Kemahasiswaan, Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Didin Wahidin mengatakan, maju di bidang teknologi bukan berarti melupakan kemanusiaan dan keindonesiaan. Hal itu perlu diperhatikan semua mahasiswa.

“Robot di Indonesia harus terus maju tanpa ada akar kebudayaan yang tercerabut. Justru, kemajuan teknologi ini harus bermanfaat bagi manusia,” kata Didin pada pembukaan Kontes Robot Indonesia (KRI) Nasional 2019 di Graha Padma Sport Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/6/2019). Pada kontes yang diikuti 121 tim dari 64 perguruan tinggi se-Indonesia ini, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang menjadi tuan rumahnya.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Suasana pertandingan Kontes Robot Asian-Pasific Broadcasting Indonesia pada Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Nasional di Graha Padma Sport Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/6/2019). Tahun ini, Universitas Dian Nuswantoro Semarang menjadi tuan rumah. Adapun peserta sebenyak 121 tim dari 64 perguruan tinggi se-Indonesia.

Enam divisi pada KRI Nasional 2019 yakni Kontes Robot Asian-Pasific Broadcasting Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid dan Beroda, dan Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI). Juga, satu divisi baru, Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).

Kepercayaan diri bangsa
Didin menuturkan, tim pemenang, pada KRAI, KRPAI, dan KRSBI Humanoid, akan dikirim ke ajang bergengsi internasional. “Itu untuk membangun persahabatan dan kepercayaan diri. Kita harus menunjukkan Indonesia adalah bangsa besar yang layak ke kompetisi tingkat dunia,” katanya.

Hal tersebut juga dalam upaya menghilangkan sindrom rendah diri Indonesia saat bersanding dan bertanding dengan negara-negara lain. Indonesia harus mampu menunjukkan kemampuan sekaligus bersahabat dan bersilaturahmi dengan belahan negara lain.

Adapun, para peserta KRI Nasional 2019, yang total terdiri dari 687 mahasiswa, merupakan para pemenang pada KRI tingkat regional. Untuk mengikuti KRI Nasional, penyaringan ketat dilakukan. Setelah dua hari masa persiapan, pelaksanaan lomba yakni pada 22-23 Juni.

Rektor Udinus Edi Noersasongko, menuturkan, nilai-nilai yang ditanamkan di perguruan tinggi diharapkan diterapkan selama KRI Nasional 2019. “Kami harapkan kontes ini akan melahirkan tokoh-tokoh nasional, yang bisa bersama-sama memajukan Indonesia lewat robot,” ucapnya.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Peserta menyiapkan robot pada Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Nasional di Graha Padma Sport Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/6/2019). Tahun ini, Universitas Dian Nuswantoro Semarang menjadi tuan rumah. Adapun peserta sebenyak 121 tim dari 64 perguruan tinggi se-Indonesia.

Nasrudin, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sam Ratulangi Manado, mengatakan, perlu satu bulan untuk menyiapkan robot yang bertanding KRTMI. “Pertama-tama robot harus menanam padi, lalu mencabutnya. Medannya menantang karena sebelumnya tidak diberi tahu,” ujarnya.

Sementara itu, Gunawan Rosyid dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta mengatakan, perlu waktu persiapan delalan bulan sebelum bertanding pada nomor KRAI di KRI Nasional 2019. Robot dirakit setelah mengetahui medan arena yang merupakan standar internasional.

Menurut Gunawan, kaki yang tidak terlalu tinggi membuat robot rakitan timnya kesulitan pada tanjakan serta hadangan tali. “Namun, di situ tantangannya. Kami yakin masalah itu bisa diatasi dengan baik. Mudah-mudahan kami mendapat hasil terbaik di nasional ini,” katanya.–ADITYA PUTRA PERDANA

Editor CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Sumber: Kompas, 22 Juni 2019

Share
%d blogger menyukai ini: