Riset Kesehatan untuk Kemandirian Bangsa

- Editor

Rabu, 9 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Transfer Teknologi Menjembatani Dua Pihak
Riset obat dan alat kesehatan hasil kolaborasi perguruan tinggi, industri, dan pemerintah berorientasi produk bisa jadi langkah awal mengurangi ketergantungan pada obat dan alat kesehatan impor. Untuk menjembatani peneliti dan industri perlu ada transfer teknologi.

Menurut Kepala Laboratorium Riset Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Amarila Malik, Selasa (8/12), di Jakarta, Indonesia punya sumber daya riset obat dan alat kesehatan. Namun, ketergantungan terhadap obat dan alat kesehatan impor tinggi.

Padahal, untuk melepas ketergantungan terhadap obat dan alat kesehatan impor tak perlu inovasi teknologi mutakhir. Dengan mengembangkan sendiri produk serupa dengan produk impor, itu sudah memadai. Harapannya, produk dalam negeri bisa menggantikan produk impor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Populasi, terutama pada kelompok lanjut usia, dan perubahan gaya hidup memengaruhi epidemiologi penyakit. Akibatnya, kebutuhan obat dan alat kesehatan inovatif meningkat.

“Melalui riset di dalam negeri, kita bisa membuat sendiri obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, misalnya insulin rekombinan melalui riset bioteknologi,” kata Amarila.

Untuk itu, dukungan pemerintah terhadap riset berorientasi produk untuk masyarakat perlu ditingkatkan. Sebenarnya pemerintah punya daftar topik riset prioritas yang bisa dipilih para peneliti. Topik itu ditetapkan sesuai kebutuhan masyarakat.

Tiga pilar
Manajer Riset dan Pelayanan Masyarakat FKUI Budi Wiweko memaparkan, ada tiga pilar penting riset kesehatan, yakni universitas, rumah sakit, dan pusat riset. Dari tiga itu, harus ada transfer teknologi yang menawarkan hasil riset ke industri.

“Karakter peneliti dan industri berbeda. Tugas bagian transfer teknologi ialah menjembatani dua pihak ini, misalnya membuat rencana bisnis produk hasil penelitian agar industri mau melirik,” kata Wiweko.

Beberapa riset dilakukan FKUI dan industri, antara lain tele-ultrasonografi (tele-USG), implan mata bagi penderita glaukoma, antivirus dengue, dan vaksin HIV dan flu burung. “Sistem tele-USG memudahkan komunikasi ibu hamil dengan dokter di rumah sakit agar risiko gangguan terdeteksi awal,” ucapnya.

Selain itu, ada riset yang butuh kajian ilmiah secara benar. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo, penerapan teknologi dan produk teknologi pada manusia harus lewat tahap riset yang benar, mencakup uji manfaat dan keamanan, uji diagnostik, dan studi kasus.

“WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) punya standar emas riset obat atau alat kesehatan sebelum penerapan pada manusia,” kata Staf Ahli Menkes Bidang Medikolegal Tri Tarayati, kemarin. Hal itu disampaikan ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai acuan pembinaan pencipta inovasi kesehatan.

Sejumlah tahap wajib dilalui sebelum obat atau alat kesehatan diterapkan pada manusia, antara lain pengujian pada hewan dan manusia. Pengujian pada manusia terdiri dari fase penelitian keamanan dan toleransi pengobatan, pengkajian dosis terapi, evaluasi, dan pemantauan.

Baku emas riset diterapkan pada diagnosis kanker, yakni metode biopsi, pemeriksaan sampel jaringan pasien. Karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes meminta PT Edwar Technology menghentikan pengoperasian electro capacitive cancer treatment(ECCT) dan electrical capacitance volume tomography (ECVT) untuk diagnosis dan terapi kanker. Warsito Purwo Taruno ialah penemu teknologi itu.

Kemenkes mengevaluasi teknologi itu sebulan. Pada 2012, Balitbang Kemenkes dan Edwar Technology menandatangani nota kesepahaman riset pemanfaatan ECCT dan ECVT, tetapi Edwar Technology tak mau memakai metode biopsi. Meski riset belum jalan, Edwar Technology menerima ribuan pasien. Warsito berharap Kemenristekdikti menjembatani soal itu.(ADH/YUN/JOG)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Desember 2015, di halaman 14 dengan judul “Riset Kesehatan untuk Kemandirian Bangsa”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB