Masyarakat butuh inovasi teknologi untuk menunjang efisiensi dan daya saing produk, serta meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan berkelanjutan. Itu tantangan serius perguruan tinggi untuk mendorong riset aplikatif.
”Aplikasi riset perguruan tinggi secara umum belum bisa dipakai secara massal. Ini tantangan serius ke depan,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta Prasetyantoko, Jumat (25/2), dalam penyelenggaraan Atma Jaya Award untuk kegiatan riset.
Sebanyak 16 hasil riset dipaparkan, meliputi 9 riset sosial dan 7 riset eksakta. Atma Jaya Award merupakan penghargaan tahunan bagi para periset, yang terdiri atas dosen di perguruan tinggi itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Prasetyantoko, kegiatan riset LPPM ditujukan untuk pencapaian dua hal, yaitu menunjang dunia akademika dengan target diterima di berbagai jurnal ilmiah internasional. Pencapaian lainnya, hasil riset bisa mencapai tahap aplikasi teknis.
Beberapa penelitian yang dipaparkan antara lain ”Pengembangan Multiple Aptitude
Batteries-Tes Intelegensi” oleh Christiany Suwartono, Hoshael W Erlan, dan Lyli Puspa Palupi dari Fakultas Psikologi. Menurut Christiany, riset itu untuk meningkatkan kemutakhiran tes intelegensia siswa SMA sehingga diketahui potensi penjurusan siswa di bidang eksakta atau sosial.
Paparan riset aplikatif ”Rancang Bangun Prototipe Alat Pencacah Sampah Organik”, Rancang Bangun Prototipe Alat Cuci Piring”, dan ”Rancang Bangun Prototipe Alat Pembuat Es” disampaikan Harjadi Gunawan dan kawan-kawan dari Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik.
Menurut Harjadi, prototipe alat pencacah sampah organik dirancang untuk kapasitas 15 kilogram per jam. Alat ini mempercepat proses pengomposan sampah organik.
Prototipe alat pembuat es dirancang untuk kapasitas 70 kilogram per hari. Secara spesifik dihasilkan es batu higienis untuk minuman di kantin.
Harjadi juga menyampaikan hasil riset prototipe alat pencuci piring. Penggunaan alat ini untuk menunjang standar Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk pencucian piring yang higienis.
Pencucian piring dengan alat itu menggunakan uap hingga 85 derajat celsius. Pencucian dengan air dingin masih memungkinkan timbulnya bakteri.
Menurut Prasetyantoko, kerja sama dengan berbagai pihak untuk aplikasi riset-riset aplikatif mutlak ditempuh. Untuk itu digandeng pihak lain. (NAW)
Sumber: Kompas, 26 Februari 2011