Respons Warga Terhadap Bencana Membaik

- Editor

Selasa, 6 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga Dusun Telaga Wareng, Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, tidur di tempat pengungsian yang berada di tengah sawah, Senin (6/8/2018). Mereka masih trauma tinggal di dalam rumah karena besarnya gempa yang terjadi pada hari sebelumnya.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
06-08-2018

Warga Dusun Telaga Wareng, Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, tidur di tempat pengungsian yang berada di tengah sawah, Senin (6/8/2018). Mereka masih trauma tinggal di dalam rumah karena besarnya gempa yang terjadi pada hari sebelumnya. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK) 06-08-2018

Respons warga yang tinggal di sekitar pantai semakin membaik dalam menghadapi ancaman tsunami. Pemerintah daerah juga cepat dalam mengevakuasi warga.

Gempa bermagnitudo 6,9 yang terjadi 164 kilometer di barat daya Pandeglang, Banten, sempat memunculkan peringatan bahaya tsunami, Jumat (2/8/2019) pukul 19.03. Warga yang belajar dari pengalaman tsunami pada 22 Desember 2018 langsung meninggalkan pantai dan menuju ke lokasi lebih tinggi.

KOMPAS/VINA OKTAVIA–Ratusan warga mengungsi ke kantor pemerintahan Provinsi Lampung karena takut terjadi tsunami setelah gempa bermagnitudo 6,9 mengguncang kawasan Selat Sunda, Jumat (2/8/2019) malam. Hingga tengah malam, warga belum berani pulang ke rumah karena khawatir terjadi gempa susulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Respons cepat itu ditunjukkan oleh warga yang tinggal di Pandeglang, Banten, dan Lampung Selatan, Lampung. Setelah gempa, warga tidak menunggu terlalu lama untuk menjauh dari kawasan pantai.

Di Pandeglang, evakuasi warga dibantu oleh para petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Siaga Bencana, dan polisi. Para petugas di 10 kecamatan juga turun ke lapangan untuk memastikan tidak ada warga yang tinggal 200 meter dari pantai dan untuk mendata kerusakan.

Sempat terjadi kepanikan karena listrik padam seusai gempa. Namun, warga tetap dapat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. ”Masyarakat sudah mengungsi. Untuk korban luka belum ada laporan hingga saat ini,” ujar Ade Nuranwar, dokter di Puskesmas Sumur.

Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jumat malam, mengatakan, ia sudah meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, dan Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita untuk bertindak cepat menangani gempa. Presiden juga terus memantau kondisi masyarakat terdampak gempa dan meminta masyarakat tetap tenang, tetapi waspada.

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, para camat sudah diberi tugas untuk memantau dampak gempa dan kondisi pengungsi. Sabtu (3/8) pagi ini, Pemerintah Kabupaten Pandeglang akan mendirikan dapur umum bagi sekitar 33.000 pengungsi.

”Masyarakat belajar dari bencana tsunami tahun lalu. Mereka tahu cara menyelamatkan diri,” kata Irna. Pada 22 Desember 2018, Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan dilanda tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau. Ingatan kolektif terhadap tsunami itu membuat warga Banten dan Lampung Selatan segera mengungsi saat terjadi gempa yang kuat.

Camat Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtudin mengatakan, warga di pesisir Lampung Selatan sempat panik dan berlarian ke luar rumah. Warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah ada peringatan dini tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Di Jakarta, gempa membuat operasi moda raya terpadu (MRT) terhenti selama 10 menit 43 detik. Warga yang berada di gedung-gedung tinggi juga berhamburan ke luar bangunan.

Tidak terjadi tsunami
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengakhiri peringatan dini tsunami pada pukul 21.35. Setelah mendapat data yang lebih banyak dari berbagai seismograf, BMKG juga merevisi kekuatan gempa, dari magnitudo 7,4 menjadi magnitudo 6,9. Pusat gempa yang semula disebut pada kedalaman 10 kilometer direvisi menjadi 48 kilometer. Pusat gempa berada pada 7,32 derajat Lintang Selatan dan 104,75 derajat Bujur Timur.

KOMPAS–Gempa berpotensi tsunami terjadi pada Jumat, 2 Agustus 2019, pukul 19.03 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, gempa berpusat di 107 km selatan Sumur banten dan bermagnitudo 6,9

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, dengan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.

”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa ini dipicu penyesaran oblique, yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik,” kata Daryono. (BAY/ILO/IGA/VIO/AIK/TAN/DIV/TAM/SEM/RTG/CHE/HLN/ART/NTA)

Sumber: Kompas, 3 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB