Rekayasa Jaringan Pertahankan Gigi

- Editor

Rabu, 11 Maret 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi rekayasa jaringan bisa diterapkan dalam perawatan gigi. Metode itu memungkinkan regenerasi jaringan pulpa saat terjadi infeksi sehingga usia gigi bisa bertahan lebih lama.
“Upaya mempertahankan vitalitas pulpa amat penting bagi keberlangsungan hidup gigi,” kata Endang Suprastiwi pada upacara pengukuhan guru besar di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (7/3). Endang dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Selama ini infeksi jaringan pulpa disembuhkan lewat perawatan saluran akar. Caranya, dengan membuang saraf dan pembuluh darah demi mencegah ngilu. Namun, gigi tak lagi mendapat nutrisi sehingga mudah retak.

Menurut Endang, perawatan dengan transplantasi sel punca memakai teknik rekayasa jaringan memungkinkan regenerasi jaringan pulpa tanpa membuang saraf. Jadi, gigi mendapat nutrisi sehingga vitalitas dan fungsinya membaik. “Implantasi pulpa atau transplantasi sel punca bisa memulihkan saraf,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sel punca yang dipakai untuk perawatan bisa diambil dari gigi sulung. Sel tersebut berpotensi tinggi berkembang jadi sel-sel lain dan menggantikan sel-sel rusak. Selain sel punca, perawatan dengan teknik itu bisa melalui bekuan darah, implantasi pulpa, atau penghantaran gen yang memicu pembentukan akar gigi.

IMG_00004048_hdr-e1425904889945Endang memaparkan, teknik itu bisa menekan risiko gigi retak, tanggal, atau terpaksa dicabut. Pada kaum muda, keutuhan gigi tak sekadar urusan kesehatan, tetapi berpengaruh pada penampilan fisik. Karena itu, pencabutan gigi biasanya dihindari.

Namun, terapi memakai rekayasa jaringan belum banyak diterapkan. Sebab, belum ada prosedur penggunaan standar karena efektivitas dan bukti jangka panjang belum banyak diketahui. Cara efektif pengontrolan kuman atau bakteri pada pulpa pun belum diketahui.

Infeksi pulpa kerap dialami seseorang yang tak menambal gigi berlubang. Jika dibiarkan, lubang gigi meluas ke jaringan di bawahnya. Infeksi jaringan pulpa menimbulkan nyeri akut dan sulit disembuhkan dengan anti biotik atau obat pereda nyeri.

Dekan FKG UI Yosi Kusuma Eriwati mengatakan, infeksi gigi bisa berpengaruh pada kesehatan tubuh. Gigi jadi pusat infeksi saraf yang bisa memicu nyeri hebat. Karena itu, metode rekayasa jaringan perlu dikembangkan. (B08)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2015, di halaman 14 dengan judul “Rekayasa Jaringan Pertahankan Gigi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB