Putu Maitri, Peraih Nilai Unas Tertinggi Nasional untuk SMA

- Editor

Senin, 23 Mei 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jelang Hari H, Belajar sejak Pukul 7 Pagi hingga 6 Sore

Prestasi yang diraih Ni Putu Maitri Nara Suari ini membanggakan Bali. Bagaimana tidak, nilai ujian nasional (unas) Maitri tertinggi se-Indonesia, 59,00. Jika dirata-rata untuk enam mata pelajaran yang diunaskan, nilainya 9,8. Bahkan, untuk empat di antara enam mata pelajaran itu, dia mendapatkan nilai 10.

KADEK MERTAWAN, Denpasar

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

MAITRI sebelumnya tak menyangka dengan nilai yang diraihnya. ”Saya memang yakin akan lulus dengan nilai memuaskan. Tapi, saya tidak menduga bahwa saya mendapatkan nilai ujian tertinggi tingkat nasional,” kata perempuan kelahiran 9 Februari 1993 itu kemarin (22/5).

Berkat prestasi tersebut, siswi SMAN 4 Denpasar itu diundang ke Jakarta. Nilai rata-rata Maitri hampir sempurna, 9,8. Di empat mata pelajaran, yakni matematika, fisika, kimia, dan biologi, dia mendapatkan nilai 10.

Ditanya soal resepnya sehingga berhasil meraih nilai tertinggi, Maitri menyatakan bahwa waktu belajarnya menjelang unas memang lebih banyak daripada hari-hari biasa. ”Tip khusus belajar sih nggak ada. Sebab, sejak kelas satu, kami digenjot guru di sekolah,” ujarnya. Selain belajar di sekolah, Maitri selalu menyempatkan diri membaca buku pelajaran di rumah. ”Mungkin memang sudah hobi saya membaca sehingga saya tidak bosan belajar,” katanya.

Soal belajar, tutur Maitri, orang tuanya tak pernah menyuruh. ”Saya sudah terbiasa belajar tanpa disuruh ortu (orang tua, Red),” jelasnya.

Meskipun telah menjadi peraih nilai tertinggi unas, Maitri belum mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Baik berupa piagam penghargaan ataupun tawaran melanjutkan pendidikan ke universitas. Kalaupun diundang ke Jakarta, dia hanya menghadiri serangkaian peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Meski belum ada tawaran dari pemerintah, Maitri menyatakan sudah lega. Sebab, dia sudah diterima di Sekolah Pendidikan Akuntansi BCA di Jakarta. Bahkan, dia sudah pasti masuk di sekolah tersebut. Menjadi akuntan memang cita-cita Maitri sejak kecil.

Selain pintar di bidang akademis, Maitri berprestasi di bidang lain. Pada 2010, dia meraih peringkat I Lomba Karya Tulis Ilmiah Telkom. Pada tahun yang sama, dia juga mendapatkan penghargaan dari UNICEF sebagai pemimpin muda. Itu adalah buah keaktifannya di Forum Anak Daerah Bali. Juara I karya tulis ilmiah juga dia raih dari Universitas Airlangga, Surabaya, pada 2009.

Soal cita-cita, selain ingin menjadi akuntan, putri pertama pasangan I Made Jano Artika dan Ni Ketut Sri Wahyuni itu ingin mendirikan sekolah gratis. Sebab, terang dia, pendidikan di Indonesia saat ini sangat belum merata. ”Apalagi kualitas hidup di Indonesia saat ini sangat ditentukan oleh pendidikan,” ujarnya.

”Bahkan, masih banyak saudara kita yang tidak bisa bersekolah karena pendidikan di Indonesia cenderung mahal. Karena itu, saya ingin membantu mereka yang tidak bisa menempuh pendidikan. Ya seperti Kak Seto (Seto Mulyadi, Red) lah,” imbuhnya.

Unas SMA tahun ini boleh dibilang memang menjadi ”milik” Bali. Khususnya SMAN 4 Denpasar. Bagaimana tidak, empat murid SMA itu meraih nilai unas tertinggi secara nasional. Total nilai dua di antara empat murid tersebut kembar, yakni 59,00.

Mereka adalah Maitri dan Anak Agung Indah Suadnyani. Dua murid lain adalah Luh Gede Ayu Putri Vebriany yang meraih nilai 58,90 dan Made Cindy Widya Murthi yang mendapatkan nilai 58,80. Dua nama terakhir berada di urutan kedua dan ketiga nasional.

Beberapa peringkat berikutnya juga disabet murid SMA tersebut. Yakni, Putu Stephanie Apriliana Hardika dengan nilai 57,90, Ika Agustini (57,80), Made Caudy Widya Murthi (57,70), dan Ayu Dwi Handayani (57,70).

Maitri mengatakan, menjelang unas, pihak sekolah memang menggenjot murid-murid secara intensif. Diceritakan, waktu belajarnya dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 18.00. Pukul 07.00–13.00 Wita adalah waktu belajar di sekolah. Selanjutnya, mulai pukul 15.00 hingga 18.00, pihak sekolah mengadakan pemantapan materi pelajaran. (yes/jpnn/c11/kum)

Sumber: jpnn, Senin, 23 Mei 2011 , 08:08:00

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB