Inulin tak ubahnya serat pangan terlarut. Tidak dicerna enzim pencernaan, melainkan difermentasi mikroflora di dalam usus besar. Selanjutnya, menjadi prebiotik yang menghambat bakteri patogen atau sel kanker usus, meningkatkan penyerapan kalsium, dan beragam fungsi lainnya.
Inulin yang dikembangkan dari umbi dahlia (Asteraceae), diluncurkan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim pada peringatan 159 tahun Kebun Raya Cibodas, 11 April 2011.
Bila masyarakat selama ini lebih mengenal dahlia karena keindahan bunganya—yang terdiri atas warna merah muda, merah tua, putih terang, putih gelap, kuning, dan jingga, Kebun Raya Cibodas tertarik pada manfaat umbinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Penelitian inulin dari umbi dahlia sejak tahun 2009. Inulin umbi dahlia tergolong paling baik dibanding inulin yang selama ini 100 persen masih diimpor industri kita dari Belgia, Australia, India, dan China untuk meningkatkan kualitas produk makanannya,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Raya Cibodas Didik Widyatmoko.
Inulin digunakan pada berbagai produk pangan. Misalnya, susu instan untuk anak-anak maupun dewasa atau lanjut usia. Pada susu instan anak-anak, inulin memberi manfaat meningkatkan daya serap tubuh terhadap kalsium yang menunjang pertumbuhan tulang dan gigi.
Pada susu instan dewasa dan lanjut usia, kemampuan inulin meningkatkan penyerapan kalsium yang akan mencegah osteoporosis atau pengeroposan tulang. Pendek kata, peran inulin penting.
Beberapa industri menyertakannya dalam produk es krim dan yoghurt. Bahkan, di Eropa sudah mulai dikemas produk inulin untuk menambah cita rasa kopi.
Prebiotik
Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa dengan serat pangan yang mencapai 90 persen. Inulin berfungsi sebagai prebiotik karena menjadi komponen pangan substrat mikroflora yang menguntungkan di dalam usus.
Komponen pangan lain yang mempunyai sifat prebiotik, antara lain fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan laktulosa.
Setelah dikonsumsi, senyawa inulin mencapai usus besar dalam keadaan struktur yang tidak berubah. Namun, inulin segera difermentasi mikroflora yang ada di dalam usus besar.
Inulin difermentasi menjadi asam lemak rantai pendek dan dari beberapa mikroflora spesifik akan dihasilkan asam laktat. Kondisi demikian menurunkan derajat keasaman (pH) pada usus besar.
Asam laktat di dalam usus besar merangsang gerak peristaltik usus. Itu mencegah konstipasi atau sembelit.
Selain itu, keberadaan asam laktat dan asam lemak rantai pendek di dalam usus besar mampu meningkatkan penyerapan kalsium. Manfaat inulin meningkatkan kalsium itulah yang paling banyak diharapkan untuk aplikasi teknologi pangan.
Peluncuran inulin dari umbi dahlia itu merupakan riset kerja sama pengelola Kebun Raya Cibodas dengan Pusat Penelitian Kimia yang dipimpin Sri Pudji Praharti.
”Inulin impor selama ini tak pernah dari umbi dahlia,” kata Didik. Inulin impor mayoritas dihasilkan dari umbi artichoke (Helianthus tuberosus) dan chicory (Chicoryum intybus L).
Tergolong langka
Inulin umbi dahlia masih tergolong langka. Begitu pula ketersediaan umbi dahlia yang juga terbatas.
”Inulin umbi dahlia ini jauh lebih mahal dibanding inulin impor dari bahan baku chicory. Inulin chicory untuk setiap 25 kilogram seharga Rp 1 juta,” kata Didik. Harga inulin dari umbi dahlia mencapai Rp 7 juta per kilogram (kg).
Didik mengatakan, untuk menunjang pasokan bahan baku umbi dahlia saat ini, LIPI menyiapkan kebun seluas dua hektar di Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. ”Saat ini lokasi paling cocok hanya di dua tempat, yaitu Selabintana dan Lembang,” kata dia.
Dahlia diyakini berasal dari Meksiko. Dahlia cocok tumbuh di ketinggian 700 meter sampai 1.000 meter di atas permukaan laut. Namun, semua lokasi dengan ketinggian tersebut ternyata tak bisa serta-merta menjadi habitat dahlia.
Sebagai contoh, pada ketinggian yang sama di Jawa Timur, dahlia sulit tumbuh dengan baik. Hal itu menjadi tantangan penelitian lebih lanjut.
”Dari area satu hektar bisa menghasilkan 25 ton sampai 20 ton umbi dahlia. Satu batang pohon dahlia bisa menghasilkan 2 kilogram sampai 5 kilogram,” ujar Didik.
Rendemen umbi dahlia mencapai 7,5 persennya. Usia panen umbi dahlia sekitar tujuh bulan sampai satu setengah tahun.
Umbi dahlia mengandung 80 persen air dan 20 persen zat padat yang tersusun dari selulosa dan inulin. Pemisahan atau isolasi inulin menggunakan pelarut etanol. Umbi dahlia dikeringkan terlebih dahulu sebelum digiling menjadi bubuk.
Proses produksi
Inulin dapat diperoleh dengan cara pemasakan larutan umbi dahlia pada suhu 80–90 derajat Celsius selama 30 menit. Sejumlah riset menegaskan bahwa metode yang banyak digunakan untuk memperoleh inulin adalah metode ekstraksi umbi dahlia, lalu diendapkan dengan menggunakan air atau etanol.
Hasil ekstraksi inulin dapat ditambahkan arang aktif untuk memperoleh inulan yang berwarna lebih putih bersih. Arang aktif akan mengikat komponen warna, seperti tannin atau karbonil yang menimbulkan warna kecoklatan.
”LIPI sekarang sudah bermitra dengan dunia industri untuk memproduksi prebiotik inulin khusus dari umbi dahlia ini,” kata Didik.
Perusahaan swasta itu, menurut Didik, sekarang membuka diri bagi para pemasok umbi dahlia dari mana saja. Berapa pun pasokan umbi dahlia pasti diterima. Kondisi itu sangat baik.
Bagi para petani bunga, popularitas jenis bunga dahlia sekarang makin menurun. Sebab, harus berkompetisi dengan jenis bunga lain yang mirip dahlia yang dari beberapa segi bisa mengalahkan kualitas, seperti bunga krisan yang lebih tahan segar ketimbang bunga dahlia.
Inulin menjadi contoh hasil riset LIPI yang menjawab langsung persoalan, yaitu turunnya popularitas bunga dahlia. Hasil riset LIPI ini segera dapat diaplikasikan.
Semoga saja inulin disusul riset-riset lain yang langsung berkontribusi nyata bagi masyarakat. Inulin hanya contoh kecil betapa pentingnya menjaga alam Indonesia dari kehancuran. [oleh nawa tunggal]
Sumber: Kompas, 18 April 2011