Pola Kebakaran Bervariasi

- Editor

Selasa, 17 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jejak kebakaran hutan dan lahan menunjukkan pola bervariasi. Itu bisa menunjukkan motif dan pelakunya. Temuan itu sekaligus bisa jadi bukti penguat penegakan hukum ataupun dasar pengelolaan hutan/lahan.

“Lokasi kebakaran seperti mosaik,” kata Direktur Pusat Studi Kebencanaan Universitas Riau Haris Gunawan di Palembang, Minggu (15/11).

Sebelumnya, ia bersama pakar nasional dan internasional difasilitasi melihat lokasi kebakaran hutan/lahan dari udara. Itu rangkaian pertemuan pakar di Jakarta yang difasilitasi KLHK.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mosaik itu, kata Haris, berupa titik kecil kebakaran ataupun luasan lokasi kebakaran dalam satu lanskap. Kebakaran titik kecil itu diduga kuat dilakukan masyarakat yang masih mempraktikkan membersihkan lahan dengan cara membakar.

Sementara lokasi kebakaran dalam bentuk lanskap menunjukkan masifnya kebakaran akibat kesengajaan ataupun kerusakan kondisi gambut yang sangat mengering.

Direktur Pengaduan Pengawasan dan Pengenaan Sanksi Administrasi KLHK Kemal Amas mengatakan, areal konsesi yang tak clear and clean memicu kebakaran. “Di hutan lindung dan produksi, kebakaran hanya instrumen mengokupasi untuk budidaya atau permukiman,” kata Kemal Amas yang juga penjabat Kepala BKSDA Riau.

Soal terbang melintas
Di Jakarta, Kepala Biro Humas KLHK Eka W Soegiri menjawab kekecewaan para pakar yang tak bisa melihat lokasi bekas terbakar hutan tanaman industri (HTI) milik Sinar Mas dari udara. Semua mempertimbangkan kondisi teknis penerbangan untuk melihat lahan dan bekas terbakar. “Tidak ada pretensi dalam flyover menghindari lokasi HTI PT Sinar Mas,” demikian penjelasan resmi tertulis KLHK.

Kompas, 16 November 205, memberitakan kekecewaan sejumlah pakar yang tak bisa melihat perkebunan akasia Sinar Mas yang terbakar di Ogan Komering Ilir.

Eka menjelaskan, saat flyover sedang ada pemadaman di OKI menggunakan dua pesawat Rusia. “Kru hanya dapat berbahasa Rusia. Ini dikhawatirkan menimbulkan masalah, seperti tabrakan pesawat,” katanya. (ICH)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 November 2015, di halaman 14 dengan judul “Pola Kebakaran Bervariasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB