Perubahan Iklim Picu Kebakaran Hebat

- Editor

Senin, 6 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebakaran hebat di California, Amerika Serikat, selama beberapa waktu terakhir diyakini merupakan dampak krisis iklim.

JUSTIN SULLIVAN/GETTY IMAGES/AFP–Seorang petugas pemadam kebakaran Redding menggunakan selang untuk memadamkan titik api saat berperang dengan Carr Fire saat ia terbakar di jalan raya 299 pada 27 Juli 2018 dekat Whiskeytown, California.

Kebakaran hebat di California, Amerika Serikat, selama beberapa waktu terakhir, diyakini merupakan dampak krisis iklim yang turut dialami negara adigdaya tersebut. Iklim yang telah berubah membuat musim gugur terasa seperti musim panas dengan cuaca yang lebih panas dan kering. Kondisi ini meningkatkan risiko musim ”api” yang lebih lama dan lebih berbahaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian yang dipimpin Universitas Stanford ini diterbitkan dalam Environmental Research Letters sebagaimana dikutip Sciencedaily, 2 April 2020. Makalah ini memberikan wawasan yang menginformasikan mitigasi risiko lebih efektif, pengelolaan lahan, dan alokasi sumber daya.

”Banyak faktor yang memengaruhi risiko kebakaran, tetapi studi ini menunjukkan pemanasan jangka panjang, ditambah penurunan curah hujan musim gugur, meningkatkan kemungkinan kondisi cuaca kebakaran ekstrem yang terbukti amat merusak di California bagian utara dan selatan selama beberapa tahun terakhir,” kata penulis senior studi tersebut, Noah Diffenbaugh, Profesor Yayasan Kara J di Stanford’s Schools of Earth, Energy, and Environmental Sciences.

AP / NUH BERGER–Pesawat tanker menyemprotkan cairan kimia dalam upaya menanggulangi kebakaran hutan yang melanda California, 29 Oktober 2019. Angin kencang membuat api sulit dikendalikan sehingga kebakaran semakin meluas.

Catatan para peneliti, sejak awal 1980-an, frekuensi hari-hari musim gugur dengan kondisi cuaca kebakaran ekstrem meningkat lebih dari dua kali lipat di California. Curah hujan selama musim gugur tersebut turun sekitar 30 persen, sementara suhu rata-rata telah meningkat lebih dari 2 derajat fahrenheit atau lebih dari 1 derajat celsius.

Pemanasan yang paling menonjol terjadi pada akhir musim panas dan awal musim gugur. Itu mengakibatkan kondisi kering di hutan dan padang rumput yang kian parah dengan kehadiran angin ”Diablo” dan ”Santa Ana” yang bersifat kuat dan kering yang biasanya terjadi selama musim gugur di utara dan selatan California.

Kondisi ini telah menyebabkan kebakaran besar yang menyebar cepat di California dalam beberapa tahun terakhir. Kebakaran hutan paling mematikan di kawasan ini berupa dua kebakaran hutan terbesar dan dua kebakaran hutan paling merusak semuanya terjadi selama 2017 dan 2018, menewaskan lebih dari 150 orang dan menyebabkan kerugian lebih dari 50 miliar dollar AS.

Makalah yang ditampilkan peneliti tersebut mencakup analisis kondisi di sekitar bulan November 2018 di daerah kebakaran Camp Fires di kaki bukit Sierra Nevada Utara dan sekitar Woolsey Fire pada waktu yang sama di dekat Los Angeles.

Dalam dua kasus tersebut, angin kencang musiman berkonspirasi dengan bentang alam mengering mengikuti musim panas terpanas negara bagian ini. Kondisi ini menyedot seluruh sumber daya tanggap darurat terbatas di seluruh Negara Bagian California.

Pengamatan cuaca historis dari termometer dan alat pengukur hujan menunjukkan bahwa risiko kondisi kebakaran hebat selama musim gugur meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh California selama empat dekade terakhir.

AP / NUH BERGER–Pemadam Kebakaran Josh Petrell memantau kebakaran di dekat Healdsburg, California, pada hari Selasa, 29 Oktober 2019.

Dengan menggunakan serangkaian besar simulasi model iklim yang diarsipkan oleh pusat-pusat penelitian pemerintah di seluruh dunia, para penulis mengungkapkan bukti bahwa pemanasan global telah membuat kondisi prasyarat meteorologis ini lebih mungkin sering terjadi.

”Musim gugur menjadi perhatian khusus karena kondisi yang lebih hangat dan kering mungkin bertepatan dengan kejadian angin lepas pantai yang kuat yang cenderung terjadi pada periode September hingga November,” kata Michael Goss, penulis utama studi tersebut dan seorang sarjana postdoctoral pada Diffenbaugh’s Climate and Earth System Dynamics Group.

Para penulis menekankan ada sejumlah peluang untuk mengelola risiko kebakaran hutan makin intensif di California dan wilayah lainnya. Mereka menunjukkan target pengurangan emisi yang diidentifikasi dalam perjanjian Paris PBB kemungkinan akan memperlambat peningkatan risiko kebakaran. Bahkan, dengan pengurangan itu, sebagian besar California masih cenderung mengalami peningkatan risiko cuaca api ekstrem pada masa depan.

”Ini mengejutkan ternyata sangat kuat pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi cuaca kebakaran ekstrem di seluruh negara bagian,” kata rekan penulis studi Daniel Swain, seorang peneliti di UCLA, the National Center for Atmospheric Research, dan The Nature Conservancy. ”Ini merupakan bukti lain bahwa perubahan iklim sudah memiliki pengaruh yang dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari di California,” tandasnya.

Para penulis menekankan ada banyak langkah yang dapat diambil California dan daerah lain untuk meningkatkan ketahanan terhadap meningkatnya risiko kebakaran hutan. Selain mengendalikan perubahan iklim, manajemen risiko pun perlu diubah seiring cuaca yang telah berubah.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 6 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB