Pengembangan Karbon Biru Butuh Sinergi Antarlembaga

- Editor

Kamis, 19 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan karbon biru melalui tanaman mangrove diharapkan terus dilakukan untuk mitigasi bencana dan perubahan iklim. Namun, kerangka kerja mengenai karbon biru belum tersedia. Karena itu, dibutuhkan sinergi antarlembaga agar penyusunan kebijakan dan pengembangan instrumen karbon biru lebih efektif.

Karbon biru adalah karbon yang terserap, tersimpan, atau terlepas dari vegetasi dan sedimen ekosistem pesisir, yaitu ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa pasang surut. Stok karbon tinggi tersimpan di bawah tanah. Karbon biru memiliki potensi mengikat emisi karbon dalam jumlah besar.

Dengan area hutan bakau seluas 3,1 juta hektar, Indonesia memiliki 22 persen luas hutan mangrove dunia. Dari 3,1 juta hektar itu, sepertiganya berada di Papua. Penelitian Conservation International Indonesia, hutan mangrove di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, seluas 74.393 hektar mampu mengikat karbon sebesar 54.091.909 Mg C. Potensi penyerapan karbon sebesar 168.128 Mg C per tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Marine Program Director Conservation International Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan, jumlah karbon yang diserap itu setara dengan total emisi karbon yang dihasilkan 19,7 juta kendaraan. “Jumlah kendaraan di Jakarta sekitar 16 juta unit. Satu kabupaten bisa mengompensasi jumlah karbon yang dihasilkan Jakarta,” katanya pada diskusi Kajian Blue Carbon di Papua Barat di Jakarta, Selasa (17/10).

Staf Ahli Menteri Bidang Sosio-Antropologi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Tukul Rameyo Adi mengatakan, kerangka kerja mengenai karbon biru belum tersedia meski telah banyak inisiatif dari LSM, akademisi, lembaga riset, ataupun pemerintah. Perlu dibuat pertemuan intens semua pihak terkait dengan konsep akademik, bisnis,pemerintah,komunitas, dan media untuk menyosialisasikan karbon biru.

Tukul mengatakan, sosialisasi dapat dimulai dari penekanan pada nilai manfaat hutan mangrove dalam segi ekonomi dan lingkungan, bukan hanya fokus untuk disertakan pada kontribusi nasional yang diniatkan (nationally determined contributions).

“Perlu dibentuk sebuah lembaga independen yang tidak di bawah naungan satu sektor khusus mengatasi perubahan iklim karena ini isu cross sectoral,” kata Tukul.

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Witjaksana Hadi saat dihubungi mengatakan, karbon biru telah diusulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada KLHK.

“Karbon biru merupakan upaya potensial dalam mendukung program penurunan emisi gas rumah kaca, ketahanan pangan, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Tetapi (karena) kompleksitas pengelolaan dan pelaksanaannya masih memerlukan peningkatan dalam kajian,” ujar Djati. (dd13)

Sumber: Kompas, 19 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB