Pengembangan Inovasi Eksplorasi Migas Masih Jadi Tantangan

- Editor

Kamis, 1 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan inovasi dan teknologi dalam eksplorasi minyak dan gas bumi atau migas di Indonesia hingga kini masih terbatas. Gagasan dari para ahli semakin dibutuhkan untuk mengeksplorasi potensi migas di bawah permukaan bumi yang diprediksi jumlahnya masih sangat besar.

Rabu (31/7/2019) siang, Abdul Haris resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat. Dalam upacara pengukuhan tersebut, ia menyampaikan pidato berjudul “Tantangan Ahli Eksplorasi Seismik dalam Pencarian Sumber Migas: Paradigma Baru dalam Eksplorasi Migas”.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Geofisika Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam (MIPA) UI digelar di Kampus Depok, Rabu (31/7/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Haris mengatakan, investasi dalam migas memang membutuhkan teknologi tingkat tinggi lantaran amat berisiko dan mahal. Adapun, investasi untuk eksplorasi migas juga masih cukup terbatas. Demikian pula pengembangan inovasi dan teknologinya.

“Para ahli eksplorasi seismik, geofisika, dan geologi saat ini diharapkan memberikan kontribusi dalam memberikan inovasi-inovasi baru,” katanya.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Guru Besar dalam Bidang Ilmu Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia Abdul Haris.

Haris meyakini bahwa potensi migas di Indonesia masih sangat besar. Hanya saja, tingkat kesulitan dalam mencari migas saat ini semakin berat. Ia berharap, ke depan eksplorasi migas juga dapat memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dengan mahadata (big data).

“Data-data yang sudah tersimpan lama bisa kita bongkar lagi untuk dilakukan analisis. Dengan AI kita bisa melihat pola karakter data,” ujarnya.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin eksplorasi migas ke depan akan dilakukan di lokasi-lokasi lama yang telah ditinggalkan tanpa harus mencari lokasi-lokasi baru. Sebab, sejauh ini recovery factor atau migas yang dieksploitasi baru sebesar 30 persen dari cadangan yang ada.

KOMPAS/SHARON PATRICIA–Hasil pemetaan SKK Migas tahun 2019

Saat ini, masih terdapat 60 cekungan migas di Indonesia dan baru 16 yang berproduksi. Sebanyak 22 cekungan lainnya belum dibor, sedangkan 13 cekungan sudah dibor tapi belum ada temuan hasil. Selain itu, ada 8 cekungan dengan penemuan namun belum berproduksi.

Menurut Haris, selama ini pemanfaatan frekuensi seismik masih menjadi teknologi utama untuk memetakan potensi migas dari atas permukaan bumi. Selain jangkauannya yang sangat luas, penetrasinya juga paling dalam dibandingkan teknologi geofisika lainnya.

“Dengan pemodelan simulasi, misalnya, bisa digambarkan kondisi resources bawah permukaan lengkap dengan aliran fluidanya. Dengan begitu risiko kegagalan bisa dikurangi,” katanya.

Ada beberapa metode nonseismik yang juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi kandungan migas, misalnya dengan metode magnetik atau metode gravitasi. Namun, jangkauan dan penetrasi dari metode-metode tersebut sangat terbatas sehingga jarang menjadi pilihan.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Muhammad Dimyati.

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Muhammad Dimyati menilai, dalam konteks pemanfaatan energi, Indonesia saat ini sudah dalam status warning. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi-inovasi untuk menemukan cadangan energi yang kita miliki.

“Ide para ahli perlu dipacu untuk meramu sebuah inovasi sehingga ada cara-cara baru untuk menemukan cadangan Migas yang sebetulnya masih banyak tapi belum terdeteksi,” katanya.–FAJAR RAMADHAN

Editor HAMZIRWAN HAM

Sumber: Kompas, 31 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB