Penelitian Siswa Berkembang

- Editor

Selasa, 27 September 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelajar Tampilkan lnovasi yang Relevan dengan Kehidupan Sehari-hari
Minat siswa untuk meneliti tumbuh dan berkembang. Selain meningkat dari segi jumlah karya, topik-topik penelitiannya pun relevan dengan kehidupan nyata. Hal itu tecerrnin dari ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja dan National Young Inventor Awards yang kembali dihelat tahun ini.

Kedua lomba riset yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu memasuki tahap final, Senin dan Selasa (27 9).

Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang menapak tahun ke-48 menjaring 52 finalis. Ketua Dewan Juri LKIR Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan, tahun ini, jumlah proposal LKIR yang masuk mencapai 3.203 buah, meningkat dari tahun lalu (2.041 , buah).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adapun National Young Inventor Awards (NYIA) yang kali ini menginjak tahun ke-9 menjaring 29 penemuan siswa dari beberapa wilayah Indonesia. Untuk NYIA, sebanyak 868 penemuan yang diajukan.

”Ini membuktikan, minat penelitian generasi muda semakin berkembang,” ujar Tri kemarin, di Aula LIPI Jakarta Pusat. Temuan siswa tersebut menyedot perhatian pengunjung.

Inspirasi yang membumi
berita_kompetisi_600x500Para pelajar yang mengikuti ajang LKIR dan NYIA terinspirasi dari masalah sehari-hari. Misalnya, alat pencuci portabel yang dibuat Azy Ilham Sudibyo dan Tio Pidie Lesmana dari SMP Negeri 1 Subang, Jawa Barat.

”Awalnya, saya sering disuruh cuci piring oleh oragtua.Karena saya malas, saya taruh piring di ember penuh air, saya beri sabun, lalu diaduk. Ternyata, kekuatan putaran air bisa membuat piring jadi bersih,” urai Azy.

Azy dan Tio pun berupaya menciptakan alat cuci piring yang bergantung pada kekuatan putaran air itu. Untuk menciptakan pemutar, mereka menggunakan bekas serokan, sampah yang dihubungkan dengan laher (bearing) sepeda motor, tutup ember, dan potongan pipa untuk pegangan. ”Pokoknya, semua bahannya diambil dari sekitar rumah dan sekolah,” ujarnya

Adapun Fauzan Fadliansyah dan Muhammad Rahadi dari SMA Taruna Bakti, Bandung, menemukan bahan penahan laju korosi (pengaratan) pada perabotan berbahan logam. Bahan itu diraciknya dari ekstrak daun jambu biji, teh, dan mengkudu. Ekstrak daun dilarutkan dengan HCI sebanyak 13 mililiter, lalu dioleskan pada besi yang berkarat. Alhasil, dalam sembilan hari, proses korosi berhenti.

Tak mau kalah, Aan Aria Nanda Feriawan Tan, siswa SMA Negeri 1 Tarakan, Kalimantan Utara, menemukan pendeteksi gas karbon di udara. Feriawan mengatakan, pembuatan kotak bernama D-Box CC itu terinspirasi dari kabut yang melanda Tarakan pada November 2015.

Kala itu, konsentrasi CO dan C02 tinggi dan membahayakan kesehatan. Kedua gas itu tak berbau dan tak berwarna sehingga sulit dideteksi. ”Kami berinisiatif membuat detektor dengan bahan sederhana agar masyarakat awam dapat menghindar dari lokasi berkonsentrasi CO dan CO2 tinggi,” katanya.

Temuan itu mengantar Aan dan Feriawan menyabet medali emas dalam International Exhibition for Young Inventors di Tiongkok, Juli lalu. Mereka berhak maju ke IEYI di bawah binaan LIPI sebagai peserta tiga besar NYIA.

Lomba ini tak hanya berbasis sains, tetapi juga ilmu sosial dan kemanusiaan. Latifah Mar’atun Sholikhah (SMA Negeri 1 Teras, Boyolali), misalnya, meneliti sikap masyarakat terhadap anak dengan HIV/AIDS (ADHA) di Surakarta, Jawa Tengah. Mengacu pada 13 ADHA asuhan Yayasan Lentera, ia menyimpulkan, masyarakat belum paham tentang HIV dan AIDS sehingga mereka cenderung mengucilkan ADHA.

Jajaran dewan Juri, termasuk juri internasional Alan West dan Gerard Hughes, terkesan dengan inovasi dan etos peserta. Mereka menempuh perjalanan empat bulan, mulai dari pengiriman proposal, mentoring, hingga penyelesaian akhir. “Pertanda semangat tinggi untuk menjunjung ilmu pengetahuan,” kata Tri.

Director Education and society British Council Teresa Birks pun memberi apresiasi. (C01)

Sumber: Kompas, 27 September 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB